PILOT Lion Air yang tertangkap menggunakan Narkoba di Surabaya pekan lalu seolah mengungkap labirin gaya hidup para pekerja udara saat di darat. Maklum, penangkapan di Surabaya adalah pengembangan dari pengungkapan kasus serupa di Makasar. Kok bisa seorang pilot yang bertanggungjawab atas keselamatan penumpang terjerat narkoba? Berikut penuturan pilot dan kru pesawat udara.
Wajah ayu Wartina, sebut saja begitu,
tampak segar saat INDOPOS menemuinya di sebuah cafe di Jakarta Pusat.
Rambut panjang yang biasa dia gelung saat bertugas di pesawat dibiarkan
tergerai. Penampilannya sangat casual, segar dipandang. Awak kabin
senior yang punya pengalaman terbang sejak 15 tahun lalu ini kebetulan
tengah tidak bertugas.
"Saya lagi off. Nunggu schedule,"
katanya membuka percakapan. Wartina kembali menegaskan dirinya mau
berbagi cerita asal identitasnya dirahasiakan, hal yang dia minta sejak
kali pertama INDOPOS mengajukan permintaan wawancara. Tidak ingin
dianggap membuka aib sesama orang udara jadi alasannya.
Di lain pihak, dia juga ingin
menyampaikan tak semua pilot dan awak kabin adalah pengguna narkoba
hingga membuatnya bersedia ditemui INDOPOS. "Nggak semua
pilot dan awak kabin begitu. Banyak kok yang lurus-lurus saja," katanya.
Narkoba di kalangan pekerja udara, menurut Wartina, tidak selalu sama
antara mereka yang di dalam kokpit dan kabin. Pilot dan Kopilot sangat
jarang menggunakan ganja.
Sabu-Sabu adalah narkoba yang jamak
digunakan mereka yang bertugas di ruang kendali pesawat. Efek
amphetamin dalam sabu-sabu yang membuat pemakainya bisa lebih lama
terjaga dari tidur, percaya diri dan perasaan nyaman cocok dengan ritme
kerja mereka. Jadwal terbang yang padat hingga amburadulnya manajemen
waktu istirahat menjadi salah satu sebab mengapa ada pilot yang
menggunakan sabu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar