Rabu, 06 Februari 2013

Data rekaman Kotak Hitam, Pilot Sukhoi sempat menjerit: Ya Tuhan Apa Ini!

data-rekaman-kotak-hitam-pilot-sukhoi-sempat-menje
Satu per satu kepingan misteri penyebab kecelakaan pesawat Sukhori Superjet 100 mulai terkuak. Dalam Laporan Utama yang bertajuk ” Musabab Jatuhnya Sukhoi” di Majalah Tempo edisi senin 18 Juli 2012, diberitakan perihal wawancara Tempo dengan salah seorang Investigator asal Rusia.

Dari Data rekaman Kotak Hitam Sang Investigator asal Rusia itu mengungkap bahwa Beberapa saat sebelum menabrak tebing Gunung Salak Kapten Pilot Yablontsev sempat berteriak yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia ” Ya Tuhan Apa Ini “. Setelah permintaan turunnya disetujui menara Cengkareng, katanya Dia mau terbang di celah dua puncak gunung Salak, untuk diketahui bahwa Gunung Salak mempunyai Tiga puncak dengan tebing yang curam dan lembah-lembah yang dalam.


Dengan pengalaman dan keahlian sekaliber Yablontsev, diduga berniat menunjukkan kecanggihan pesawat Sukhoi Super Jet 100 kepada para tamunya menjadi salah satu penyebab Tragedi ini terjadi. Ditambah lagi Yablontsev belum paham kontur jalur ke Pelabuhan Ratu itu, Dia terkejut ketika membelokkan pesawat ke kanan justru mengarah ke tebing Salak.


Presiden IATCA I Gusti Ketut Susila mengatakan, jarak koordinat pesawat saat kontak terakhir dengan Gunung Salak hanya 14 kilometer. Dengan kecepatan 290 knot atau 450 kilometer per jam, pilot hanya punya waktu sembilan detik menghindari tebing.


Begini komunikasi terakhir Sukhoi nahas itu dengan menara Terminal East, Bandar Udara Soekarno-Hatta, berdasarkan rekaman yang dikutip dari Tempo.co Edisi Senin 18 Juni 2012:


Yablontsev (Y): Tower 36801 good afternoon, establish Radial 200 degrees VOR ten thousand feet.


Petugas menara berinisial N (N): RA-36801 radar contact, maintain ten thousand proceed area.


Y: Maintain level 10.000 feet 36801.


(Kala itu, jam menunjuk angka 14.24. Sekitar 12 menit setelah Superjet 100 lepas landas dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Superjet 100 pun mengarah ke Pelabuhan Ratu. Lokasi tujuan yang memang sudah direncanakan sebelumnya.)


Y: Tower, 36801 request descend 6.000 feet.


(Superjet sudah dua menit mengudara di ketinggian 10 ribu kaki.)


N: 36801, say again request.


(Yablontsev mengulangi permintaannya untuk turun ke 1.828 meter di atas permukaan laut.)


N: OK, 6.000 copied.


Y: Descend to 6.000 feet, 36801.


(Setelah itu, N kembali sibuk melayani 13 pilot yang meminta turun, orbit, atau naik. Semua dia lakukan sendiri, tanpa asisten.)


Y: Tower, 36801 request turn right orbit present position.


(Permintaan belok kanan itu diajukan Yablontsev pukul 14.28.)


N: RA-36801 approve orbit to the right six thousand.


(N langsung mengiyakan permintan Yablontsev sebelum menanyakan alasannya.)


Usai permintaan itu, tak ada lagi komunikasi. Sekitar lima menit usai pembicaraan itu, Sukhoi menghantam Gunung Salak. Petugas baru sadar 24 menit kemudian. Tak ada Sukhoi pada layar radar.


N: RA-36801...RA-36801...RA-36801...


Tiga kali Sukhoit dipanggil, tapi tak ada lagi jawaban. Hening....


Menurut Menteri Perhubungan E.E Mangindaan, Yablontsev dan kopilot Aleksandr Kochetkov mengabaikan peringatan sistem yang berbunyi sebelas kali - tanda pesawat menuju bahaya. Tapi seorang petugas di Cengkareng menyimpulkan, pemandu memiliki andil dalam kecelakaan. "Semestinya pemandu tak menyetujui permintaan pilot berbelok ke kanan karena di monitor radar sebenarnya tercantum gunung," ujarnya.


Jika saja petugas menara menyatakan "negatif" dan memerintahkan pesawat berbelok ke kiri, pilot punya waktu dua menit untuk menghindari puncak gunung. Kesibukan petugas yang memandu belasan pesawat lain dalam waktu bersamaan membuatnya tak waspada. Dalam transkrip percakapan itu, ia tak terdengar mengarahkan Sukhoi atau menolak permintaan pilot.


Dengan adanya bukti baru dalam penyelidikan musibah Sukhoi ini, semoga Tim Investigator, KNKT dan para akhli penerbangan bisa segera mengungkap penyebab pesawat Sukhoi menabrak gunung Salak.



Sumber dari Tempo.co

Tidak ada komentar:

Posting Komentar