Komandan Skuadron Udara 4 Malang Mayor Tio Hutapea didampingi
kopilot Letnan Satu Deharday Nugraha Gaffar di samping pesawat hujan
buatan, Rabu (26/9/2012).
PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Jangan
salah sangka bahwa pelaksanaan hujan buatan di Kalimantan Tengah yang
dilakukan TNI Angkatan Udara merupakan tugas ringan. Meski aktivitas
demi kepentingan sipil itu sudah dilakukan personel militer, hujan
buatan menjadi tantangan yang cukup berat.
Komandan Skuadron Udara
4 Malang, Mayor Tio Hutapea sebagai pilot pesawat pembuat hujan di
Palangkaraya, Kalteng, Rabu (26/9/2012), mengatakan, ia sudah menjalani
berbagai misi di berbagai daerah antara ,lain perbatasan dengan Papua
Nugini, Malaysia, dan Timor Leste, serta darurat militer di Aceh.
Bahkan,
dalam misi-misi itu ia meminimalkan risiko dengan menghindari awan
sesuai prosedur keamanan. Dalam pelaksanaan hujan buatan, pesawat justru
menabrak awan. "Pembuatan hujan justru tergolong berbahaya. Pesawat
menjadi tidak stabil," ujar Tio.
Meski alumni Akademi Angkatan
Udara tahun 1996 itu sudah menjadi pilot sejak akhir tahun 1998 dan
memiliki sekitar 7.000 jam terbang, ia harus tetap berhati-hati.
"Karena menyusuri awan, pesawat jadi terguncang-guncang. Ada kantung
udara dalam awan," tuturnya.
Para awak pun harus lebih sering
menahan mual, lantaran pesawat bisa tiba-tiba terangkat atau menukik.
Karena itu, mereka yang mengemudikan pesawat pembuat hujan adalah para
pilot dengan fisik lebih prima dibandingkan rata-rata rekannya. Sejauh
ini, tutur Tio, belum ada awak pesawatnya yang muntah.
"Kami
harus tetap konsentrasi meski pesawat naik-turun," ujar Tio. Para awak
pesawat juga harus menghadapi oksigen yang tipis. Ambang batas
ketinggian yang normal untuk penerbangan yakni 10.000 kaki.
Bayangkan
kalau ketinggian awan yang dituju bisa mencapai 13.000-15.000 kaki dan
pesawat harus masuk ke area itu. Apalagi, pesawatnya tergolong kecil,
tutur Tio. Pesawat yang digunakan yakni Casa 212-200 bermesin
baling-baling dengan tipe unpressurized.
"Tapi, kami tetap enjoy
menjalankan misi hujan buatan. Kalau satu atau dua hari saja tidak
terbang, rasanya ada yang kurang," ujar Tio sambil tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar