Cerita tragedi Sukhoi yang memilukan dan masih menyisakan duka yang
mendalam bagi keluarga korban serta bangsa Indonesia pada umumnya.
Banyak cerita dibalik kecelakaan pesawat Sukhoi superjet 100 tersebut
yang beredar. Diberitakan pula kalau selama di bawah pengawasan petugas
pemandu pesawat pada ketinggian 10.000 kaki di menara kontrol Bandara
Internasional Soekarno-Hatta, Aleksandr Yablontsev berkebangsaan Rusia,
pilot pesawat Sukhoi Superjet 100 baru mengajukan dua permintaan izin.
Pertama, menurunkan posisi pesawat dari ketinggian 10.000 kaki ke 6.000 kaki. Kedua, melakukan manuver orbit (memutar) ke kanan. Sebagai lokasi pelatihan pesawat kawasan seluas 7 mil tersebut bebas dari gunung dan perbukitan. Kawasan Atang Sanjaya sebenarnya steril dari gunung dan perbukitan. Di kawasan ini, pesawat bebas melakukan manuver apa saja. Bahkan pesawat latih juga melakukan landing (pendaratan) dan take off (lepas landas) di area tersebut. Sementara posisi lokasi kecelakaan berada di sisi selatan dari kawasan Atang Sanjaya.
Beredar juga isu sebelumnya, spekulasi soal sabotase itu yang beredar kali pertama dalam artikel "Apakah Orang Amerika Terlibat dalam Kecelakaan Superjet?" yang dimuat tabloid Komsomolskaya Pravda di Rusia, Kamis. Menurut artikel itu, perusahaan-perusahaan dirgantara di AS punya kepentingan agar SSJ100 gagal. Menjawab tudingan itu Amerika Serikat (AS) menepis spekulasi yang beredar di Rusia bahwa jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 (SSJ100) di Indonesia adalah akibat sabotase AS. Juru bicara Departemen Pertahanan AS George Little, Kamis (24/5/2012), menyebut bahwa tuduhan dinas intelijen militer Rusia itu sebagai omong kosong.
Untuk pastinya mari kita tunggu hasil penyelidikan KNKT dimana sudah adanya rekaman dialog pilot Sukhoi yang berhasil dibaca. Walau begitu KNKT optimistis bisa mengungkap penyebab kecelakaan yang menewaskan 45 orang itu, meski Flight Data Recorder (FDR) yang berisi data penerbangan Sukhoi nahas itu hingga kini belum ditemukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar