Kamis, 18 Oktober 2012

NIAT BELI BAJU BARU UNTUK SANG IBU

Cerita Keluarga Dua Pramugari
NIAT BELI BAJU BARU UNTUK SANG IBU

Hilangnya pesawat AdamAir tak urung juga membuat keluarga kru pesawat berduka. Inilah cerita keluarga dua pramugari.

Hilangnya pesawat AdamAir pada 1 Januari membuat ratusan keluarga penumpang berduka. Saat ini, para keluarga berharap-harap cemas menunggu nasib yang belum pasti. Sebagian dari mereka terbang ke Makassar untuk "menjemput" korban hilangnya pesawat Adam itu. Namun, belum jelasnya kabar membuat mereka resah berkepanjangan.

KLIK - Detail Di antara mereka adalah keluarga Nining Iriyani (23) pramugari AdamAir yang ikut dalam penerbangan Jakarta-Surabaya-Manado tersebut. Sriwati (36), kakak Nining, tak dapat menyembunyikan rasa dukanya. Ia ditemani sang suami, Marawan, dan Nicko Sugiharto (33), calon suami Nining. Ditemui di Hotel Transit, Rabu (3/1) ketiganya berkumpul bersama keluarga yang lain. Mereka tetap berkeyakinan Nining selamat.

Sriwati mengisahkan, selama ini adiknya rajin kontak dengan keluarganya. Nining paling rajin menghubungi Sriwati. "Meski Nining tinggal di mes pramugari, hubungan kami tetap lancar. Tiap terbang ke suatu daerah, dia tak lupa menawari oleh-oleh dari daerah setempat. 'Teteh, aku sekarang di Padang, kubelikan keripik balado ya.' Bukan hanya saya, keponakannya juga diberi oleh-oleh."

Begitu dekatnya hubungan mereka, Sriwati langsung oleng mendengar kabar hilangnya AdamAir. Semula ia tak yakin mendengar kabar buruk itu. Setelah mendengar kebenaran berita itu dari teve dan berbagai media, ia langsung menangis. Semula, ia dan keluarganya tak mau memberitahu pada ibunya. "Kasihan, Ibu sudah tua. Tapi, kami tak bisa berlama-lama menyembunyikan. Ibu juga menangis terus setelah tahu kabar ini," cerita wanita yang tinggal di Tangerang ini.

RAYAKAN TAHUN BARU
Nicko tak kalah syoknya. Wajar saja Nicko terpukul. Meski baru enam bulan menjalin kasih, hubungan mereka sudah sangat dekat. Hampir tiap hari pria yang bekerja di sebuah usaha sepeda motor ini selalu bertemu sang kekasih. Ia selalu mengantar-jemput Nining dari mes ke bandara. "Ia juga selalu kontak tiap tugas ke satu daerah. Begitu sampai di tempat tujuan, ia selalu memberi kabar. Makanya begitu mendengar kejadian ini, rasanya kayak mimpi saja," kisah Nicko.

KLIK - Detail Pria yang tinggal di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat ini masih sangat ingat kenangan membahagiakan pada tanggal 31 Januari lalu. Menjelang pergantian tahun, ia bersama Nining. Persis pukul 00.00, mereka berdua yang saat itu berada di jalan tol, sama-sama menyalakan petasan dan kembang api ke udara sebagai tanda mengawali Tahun Baru. "Pokoknya malam itu kami bahagia banget," cerita Nicko.

Karena keesokan harinya Nining harus terbang ke Manado, setelah menikmati Tahun Baru, Nicko mengantar kekasihnya kembali ke mes, yang berada berada di kawasan bandara Soekarno-Hatta. Pagi-pagi, Nicko menjemput Nining di mes dan mengantarnya ke tempat tugas. Dalam perjalanan menuju bandara, Nining mengaku lapar. Ia ingin sarapan bubur ayam di gerobak kaki lima.

Usai sarapan, tibalah mereka di bandara. "Sebelum Nining masuk pintu pesawat, kami masih telepon-teleponan. Dia juga menghubungi saya ketika pesawat mendarat di bandara Juanda. Menjelang terbang ke Manado, dia masih guyon-guyonan. Ia mengajak makan kepiting setelah pulang dari Manado."

Oleh karena selalu kontak, Nico mulai curiga ketika sampai jam 16.00, Nining belum juga menghubungi. Nicko berusaha kontak Nining tapi tidak ada jawaban. Ia mulai panik. Ia segera ke mes, menemui Pingping, teman Nining sesama pramugari. "Saat itulah saya lihat teve di mes. Saya terkejut karena AdamAir diberitakan hilang," cerita Nicko.

Dengan perasaan tak menentu Nicko menuju bandara untuk mencari tahu. Sampai di sana, sudah banyak keluarga penumpang yang menanyakan kabar kerabat masing-masing. "Saya tak mampu menahan kesedihan," ujar Nicko yang sampai meneteskan air mata.

Sekitar pukul 19.00, Nicko berusaha kembali menghubungi Nining lewat HP. Terdengar musik nada tunggu, tapi tidak diangkat. "Saya mencoba sampai tiga kali, tapi tetap sama. Ketika saya coba lagi, sudah tidak bisa sama sekali," ujar Nicko.

Kepergian Nining membuyarkan harapan Nicko untuk hidup bersama gadis pujaannya. Namun, ia buru-buru menepis mimpi buruknya. Ia kembali mengungkapkan keyakinannya bahwa Nining masih selamat. "Kalau dia sudah tiada, pasti akan hadir memberitahu dalam mimpi. Nah, sampai sekarang belum ada kabar," ucapnya yakin.


PAKAI JAKET BARU
Selain Nining, pramugari yang terbang hari itu adalah Ratih Sekarsari (20). Sang bunda, Sumini (44) juga meyakini keadaan putrinya baik-baik saja. "Saya merasa, Ratih masih sehat," kata Sumini, saat ditemui di rumahnya di kawasan Lembang, Ciledug, Tangerang.

Sumini juga sempat mendapat telepon dari Ratih sekitar pukul 12, beberapa jam sebelum pesawat dinyatakan hilang kontak. "Waktu itu ia minta tolong saya menyimpan dompetnya yang tertinggal di rumah," ujar Sumini yang tak lagi dapat kontak dari buah hatinya. Yang ia peroleh justru kabar buruk. "Sore harinya saya dengar berita bahwa pesawat yang ditumpangi Ratih hilang," katanya.

KLIK - Detail Ratih baru sekitar delapan bulan bergabung dengan maskapai AdamAir. "Lima bulan training, 3 bulan berikutnya baru ikut terbang," tutur kakak sepupu Ratih, Susan (25), yang ikut menemani wawancara. Sebelumnya, Ratih sempat magang di maskapai penerbangan Sriwijaya Air. "Cita-citanya sejak masuk SMIP (Sekolah Menengah Ilmu Pariwisata) memang menjadi pramugari," lanjut Susan. Ratih lulus dari SMIP tahun 2004 lalu.

Sumini melanjutkan, Minggu (31/12/06), ia sempat menghabiskan malam Tahun Baru, hanya berduaan dengan Ratih di rumah. "Soalnya keluarga yang lain pergi, ada yang ke Bandung, menghabiskan malam Tahun Baru. Malam itu, ia minta saya pijit," kata Sumini yang memijit Ratih hingga pukul 12 malam. "Pukul 11 malam, ia dapat telepon dari kantor, memberitahu besok harus terbang ke Manado."

Malam itu, Ratih juga sempat mengutarakan niatnya mengajak Sumini jalan-jalan usai pulang dari Manado. Rupanya, Ratih berniat membelikan ibunya baju di butik favoritnya di kawasan Blok M. "Waktu sekolah di SMIP, ia sering nongkrong di depan sebuah butik di kawasan Blok M. Dulu ia memang ingin beli baju di butik itu, tapi mahal. Jadi, cuma melihat. Nah, setelah bisa cari uang sendiri, ia berniat mengajak saya beli baju di sana. Katanya, sekali-sekali Mama pakai baju bagus."

Ratih memang sangat perhatian pada kaluarganya, bahkan seringkali 'lupa' memikirkan dirinya sendiri. "Sejak kerja, ia memang ingin membahagiakan orang tua dan adik-adiknya. Ia juga berniat mengajak adiknya jalan-jalan."

Susan menimpali, selain baju baru, menjelang kepergiannya Ratih juga pesan sepatu dan baju putih. Tiga hari sebelum kejadian, Susan mendapat SMS dari Ratih, "Ia bilang, Mbak, jangan lupa baju dan sepatu putihnya, aku mau pakai terbang ke Aceh. Rencananya ia memang ada jadwal terbang ke Aceh."

Suatu hari di pekan itu juga, Ratih pulang dari tugas mengenakan jaket putih. "Ia bilang punya jaket baru dan minta saya mengenakannya," kata Sumini. Ternyata, Sumini baru sadar, jaket itu ikut dibawa Ratih terbang ke Manado.

KLIK - Detail DOYAN CERITA
Banyak memang kenangan tentang Ratih yang masih lekat di benak Sumini. Suatu ketika, Ratih pernah menceritakan pengalaman buruk di udara. "Waktu itu, ia terbang ke Gorontalo. Ia bilang, waktu itu ia lupa pamit pada saya. Biasanya, setiap kali mau terbang, ia pasti pamit dan bilang tujuan penerbangan, tapi kali itu tidak. Sepulang dari terbang, ia bilang, 'Ma, saya lupa pamit. Tadi, pesawatnya mau jatuh, lo,' kisah Sumini meniruan lagi ucapan putrinya yang ia sangat pe-de itu.

Ratih juga dikenal sangat supel dan banyak teman. Terbayang di benak Sumini beberapa tahun silam ketika lapangan di belakang rumahnya selalu dipenuhi anak-anak setiap kali Ratih ikut bermain. "Pokoknya kalau ada Ratih, pasti rame. Kalau dia tidak ada, lapangan belakang rumah jadi sepi. Tak ada lagi anak-anak yang main di situ," tutur Sumini.

Selain supel, Ratih juga sangat dekat dengan semua keluarga. "Ada masalah apa pun, selalu ia ceritakan. Dari soal kerjaan, pacar, kenalan di pesawat, penumpang yang usil, atau pilotnya cakep. Setiap kali ia pulang terbang, kami semua pasti mengerubungi dan mendengarkan ceritanya. Dia memang hobi cerita," lanjut Sumini tentang anak keduanya dari enam bersaudara itu.

Menurut wanita yang menikah dengan Karyono ini, Ratih memang vercita-cita jadi pramugari. Betapa bahagia Ratih ketika mimpinya jadi kenyataan. Ratih pun menikmati pekerjaannya sampai pesawat yang ditumpangi hilang kontak. Kembali Sumini ingat malam menjelang Ratih terbang ke Manado. "Usai memijit Ratih, saya tidur bersebelahan dengannya."

Malam itu, Sumini bermimpi menggendong anak kecil. "Perasaan saya, anak itu adalah Ratih kecil. Saya peluk dia erat-erat. Tiba-tiba, muncul dua laki-laki dan berniat meminta anak kecil yang saya gendong. Saya menolak dan mencoba mempertahankan. Saya lari ke sungai, mengikuti arus sungai. Lalu, masuk ke sebuah rumah, entah milik siapa. Saya bingung, ke mana jalan pulang ke rumah?"

Dari mimpinya itulah Sumini yakin, Ratih masih hidup. "Hanya saja ia belum bertemu jalan pulang." Sumini berharap, firasat mimpinya jadi nyata. Kalau pun tidak, ia sudah menerima kabar seburuk apa pun. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar