Selasa, 22 Januari 2013

TEST PILOT

Mungkin masih banyak diantara kita semua yang belum sepenuhnya mengetahui tugas/fungsi seorang “ Test pilot” khususnya Factory Test Pilot. Terlebih dahulu disampaikan beberapa tingkatan Test Pilot menurut kualifikasinya: Maintenance Test Pilot, merupakan kualifikasi paling dasar seorang Test Pilot. Maintenance Test Pilot ini bertugas untuk melakukan Test Flight ( Uji Terbang) pada suatau pesawat terbang yang baru saja menyelesaikan suatu kegiatan perawatan routine di suatu fasilitas perawatan pesawat udara. Disini seorang Maintenance Test Pilot, dalam melakukan Test Flight (Terbang uji ), sekaligus dapat melakukan verifikasi bahwa semua parameter terbang: Engine Parameter, Flight Control Parameter, Avionics, semua didalam range yang ditentukan. Acuan parameternya adalah manual yang tersedia untuk jenis pesawat tersebut baik Maintenance Manual ( Manual perawatan) maupun Operations Manual ( Manual Operasi ). Mengingat bahwa Maintenace Test Flight ini dilakukan pada pesawat terbang yang sudah beroperasi sebelumnya, maka biasanya dipandang sebagai sesuatu aktifitas Test Flight yang rendah resikonya. Meskipun dari catatan yang ada, terjadi pula beberapa kecelakaan fatal yang terjadi saat melakukan Maintenance Test Flight. Masih kita ingat kecelakaan salah satu Casa 212 di Batam beberapa waktu yang lalu juga terjadi saat sedang melakukan Maintenance test flight, seusai menjalani perawatan teknis. Production Test Pilot, kualifikasi Production Test Pilot ini dibutuhkan oleh sebuah pabrik pesawat udara. Seorang Production Test Pilot diharapkan mampu melakukan uji terbang pada pesawat udara yang baru selesai di produksi oleh pabrik pesawat. Pada umumnya, skenario uji terbangnya terbagi menjadi beberapa program, yang dituangkan dalam suatu Production Flight Test Program. Diawali dengan initial Flight Test Program, pesawat terbang akan diterbangkan pada suatu corridor atau Test Area yang dianggap aman dari segi terain maupun cuaca. Ketinggianpun akan dipilih ketinggian yang cukup tinggi, untuk pesawat turboprop biasanya dipilih sekitar 10,000 feet, sehingga diharapkan memberikaan cukup keleluasaan bagi pilot bila berhadapan dengan situasi abmnormal yang harus di recover. Program demi program diselesaikan secara bertahap. Cepat atau lambatnya penyelesaian Production Test Flight ini tentunya banyak ditentukan oleh banyak atau tidaknya temuan pada saat melakukan Test Flght, dan tergantung lamanya waktu untuk perbaikannya. Bilamana seluruh proses terbang uji meliputi flight control, propulsi, performance pesawat telah selesai, program terakhir adalah merupakan verifikasi detail terhadap system pesawat secara keseluruhan. System yang harus di Test adalah: Avionics secara menyeluruh meliputi; Navigasi, Komunikasi, Environment control. Di beberapa industri pesawat di Eropa, production Test Flight ini biasa juga disebut Acceptance Test. Acuan berupa PFTP (Production Flight Test Program ) merupakan “Primbon” bagi para Production Test Pilot. PFTP dipakai sebagai acuan untuk meyakinkan bahwa seluruh pesawat yang diproduksi, mempunyai standard kualitas yang konsisten. Experimental Test Pilot. Merupakan kualifikasi tertinggi di bidang Uji terbang pesawat udara. Kualifikasi tersebut secara formal hanya bisa didapatkan dibeberapa Test Pilot School : ETPS (Emperor Test Pilot School ) dan International Test Pilot School di Inggris, EPNER di Istress-Perancis, USAF Test Pilot School di Edward AFB California, Amerika, US Navy Test Pilot School-Patuxent River-Amerika, National Test Pilot School, Mojave California –Amerika dan Rusiapun mempunyai lembaga tersendiri untuk mendidik calon Test Pilot mereka. Sebagai contoh: PTDI mengirimkan para Pilotnya ke National Test Pilot School dan International Test Pilot School. Sebagai persyaratan memasuki Test Pilot School, selain kemampuan terbang diatas rata2, seorang calon test pilot pilot juga diharapkan mempunyai latar belakan pendidikan engineering. Mengapa latar belakang engineering menjadi penting, karena dalam pendidikan yang berdurasi selama 12 sampai 15 bulan itu banyak sekali ditemui materi2 pelajaran dengan konten mathematic dan fisika yang cukup tinggi tingkatannya. Ada 4 tahapan di pendidikan test pilot yang masing2 lamanya sekitar 3 bulan kecuali untuk phase terakhir, agak lebih panjang karena dilanjutkan dengan Final Preview semacam Proyek akhir, biasanya disebut juga dengan Unknown Aircraft Project. Mengingat bahwa jenis pesawat yang harus diterbangkan selalu dirahasikan sampai hari “H” Pre Test Pilot School ( Semacam Matrikulasi ) untuk kualifikasi akademis maupun kualifikasi terbang. Pre TPS ini sekaligus juga merupakan media seleksi. Sehingga bila tidak bisa melampaui jenjang ini maka dengan terpaksa harus dropped out alias DO. Tahapan ke 2 adalah Performance, disini diajarkan bagaimana melakukan Test dan assessment untuk mendapatkan data performance atau kinerja dari suatu pesawat. Walaupun performance phase ini kelihatannya ringan, tetapi disini justru dituntuk kemampuan terbang secara akurat. Misalnya Pilot harus bisa terbang dengan akurasi/ toleransi kecepatan +/- 2 Knots, ketinggian +/- 10 feet. Semua itu memang diharuskan semata mata untuk mendapatkan akurasi data yang representative. Disinilah Test Pilot diajarkan untuk dapat membuat graphic2 : Level flight performance, Climb/descend performance, Turning performane, Field Performance dll. Tahapan ke 3 adalah Flight Control atau biasa disebut juga Handling Quality. Tahapan ini merupakan tahapan yang cukup ditakuti oleh para siswa Test Pilot School mengingat banyak sekali Control Theory yang padat theory mathematicnya. Ditahapan ini juga para Pilot diberikan bekal pengetahuan untuk menterjemahkan karakter suatu flight control dari yang sifatnya qualitas menjadi quantitas ataupun sebaliknya. Banyak sekali pelajaran dan latihan yang diberikan, untuk memperkaya kapabilitas melakukan control characteristic assessment baik pada pesawat terbang ataupun Simulator. Itulah sebabnya seorang siswa Test pilot umumnya di haruskan menerbangkan sampai 25 jenis Pesawat yang berbeda, selama pendidikan mereka. Dengan maksud untuk menambah cakrawala mereka dalam mengenal karakter pesawat yang sangat variatif. Phase pendidikan flying quality ini sering juga disebut Killer Phase, karena tidak sedikit Calon Test Pilot yang gagal melampaui tahapan ini dan kemudian dipulangkan ke kesatuan atau Negara nya masing2. Tahapan ke 4 adalah system, tahapan ini merupakan tahapan akhir dari syllabus Test Pilot School. Tahapan ini pada hakekatnya adalah merupakan integrasi dari materi materi yang telah didapatkan sebelumnya yang kemudian digabung dengan materi baru yakni, Avionics, ECS (Environment Control System), Bermacam2 Mission Task Equipment yang lain, termasuk persenjataan bagi Calon Test Pilot Militer. Tahapan System ini, dilanjutkan dengan proyek akhir, dimana seorang Calon Test Pilot berpartner dengan seorang Calon Flight Test engineer, diberikan satu jenis pesawat “ Unknown Aircraft “ untuk diterbangkan. Dalam 10 jam terbang yang dialokasikan, mereka harus dapat menghasilkan laporan mengenai kemampuan pesawat tersebut. Kinerja, maneuverability, kemampuan system peralatan. Assessment ini dilakukan dalam siang maupun malam hari. Setelah selesai dengan 10 jam terbang uji, mereka masih mempunyai 1 Minggu sampai 10 hari untuk menyusun final report. Hasilnya dipresentasikan dalam final presentation, yang biasanya dihadiri juga oleh para professor penguji dari luar sekolah. Setelah lulus dari Test Pilot School, seorang Experimental Test Pilot, diharapkan akan dapat menjembatani atau menterjemahkan bahasa operational menjadi bahasa engineering atau sebaliknya dari suatu operasi pesawat terbang. Sebagai contoh: Seorang designer flight control menemui kesulitan bilamana mendengar laporan dan harus meng interpretasi : “ Flight Controlnya terlalu lincah “. Seorang Test Pilot Tentunya akan menyampaikan dengan bahasa yang lebih teknis misalnya “ Rate of controlnya terlalu tinggi karena 20 derajat per detik” penyampaian semacam ini akan jauh lebih mudah di cerna oleh seorang design engineer. Sebagai seorang Experimental Test Pilot ia akan mampu untuk melakukan uji terbang pada pesawat hasil design baru yang belum pernah diterbangkan sama sekali sebelumnya. Contohnya adalah Alm Erwin Danuwinata dan Sumarwoto, pada saat menerbangkan N-250 buatan IPTN, saat itu adalah merupakan N-250 Experimental Test Flight. Selain sebagai Test Pilot pada suatu pabrik pesawat, banyak juga rekan2 Test Pilot militer maupun sipil yang tidak bekerja di bekerja di industri pesawat terbang. Tetapi mereka mempunyai tugas yang tidak kalah beratnya. Sebagai evaluator pilot, mereka mempunyai tugas untuk melakukan evaluasi/ assessment pada proses seleksi pesawat terbang yang akan dibeli oleh kesatuan militer ataupun airline mereka. Semua negara maju, pada umumnya akan melibatkan. evaluator pilot, pada proses selection sampai pembelian, proses acceptance suatu pesawat terbang. Apalagi pesawat tempur militer, dimana mereka harus meyakini bahwa mission equipment yang terpasang pada pesawat tempur tersebut memenuhi spesifikasi teknis/operasional yang telah ditetapkan. Sangat disayangkan bahwa belum ada satupun Pilot militer Indonesia yang pernah mengikuti pendidikan formal sebagai Experimental Test Pilot. Walaupun pernah ada 2 orang Test pilot yang kebetulan berasal dari TNI AU, tetapi mereka lebih berorientasi kepada mission task dan regulasi sipil. Sebab mereka dimaksudkan sebagai certification Test Pilot Direktorat Jendral Perhubungan Udara dalam rangka Proyek Sertifikasi N-250 yl. Disamping itu ada pula beberapa rekan pilot militer yang pernah mengikuti Maintenance Test Pilot Course di pabrik pesawat, dan kemudian qualified untuk melakukan Post Maintenance Test Flight. Sebenarnya betapa pentingnya Indonesia, mempunyai Pilot Militer yang dapat terlibat dalam proses pemilihan, penentuan Military specification suatu pesawat, penentuan mission task equipment dll. Meyakini bahwa apa yang kita beli sesuai dan memenuhi seluruh persyaratan kita. Mengingat bahwa alutsista Udara adalah merupakan asset yang amat sangat mahal. Apalagi Indonesia saat ini sudah memiliki IMAA ( Indonesia Military Airworthines Authority) Badan kelaikan udara militer Indonesia. Sehingga sudah tepat waktunya TNI dapat mengikut sertakan penerbang pilihamnnya ke salah satu Formal Test Pilot School Untuk memperkenalkan produk suatu pabrik pesawat terbang, seringkali Test Pilot juga dibebani tugas promosi berupa misi2 seperti: Demo Flight, dimana demo flight yang dikenal selama ini terbagi beberapa klasifikasi. Demo Flight yang berbentuk Dynamic Show, Test Pilot dan Flight Crew lain yang sangat terbatas, melakukan manuver2 termasuk manuver yang critical. Dengan maksud memperlihatkan kepada calon customer ataupun khalayak ramai seperti pada Airshow, kemampuan serta keunggulan pesawat tersebut. Dalam kegiatan semacam ini Test Crew dilengkapi dengan emergency equipment seperti : Helmet, Parachute dsb, unuk mengantisipasi keadaan terburuk. Mengingat bahwa manuver yang dilakukan sangat critical, maka tidak ada penumpang lain yang diperkenankan onboard dan areanyapun sudah tertentu di area sekitar airport. Ada pula demo flight yang biasanya disebut customer demo, atau joy ride. Dalam customer demo semacam ini, intensinya lebih banyak menunjukan “ Ride quality “ dari suatu pesawat misalnya tingkat kerendahan goncangan, getaran dan kebisingan pesawat tersebut. Dari pengalaman kami sewaktu di PT DI, saat melakukan Demo Flight di beberapa Negara termasuk Australia, UAE dan Pakistan memang ada beberapa hal yang selalu menjadi penekanan bagi kami sendiri yaitu “ Don’t get exited” Meskipun kita antar Test Crew selalu berusaha saling mengingatkan, tetapi sebagai “Human Beeing” berkali kali kami sendiri dengan mudahnya terjebak dalam situasi “Exited” Bahkan dalam situasi demikian, kami sering merasa bahwa kami adalah Test Pilot handal yang mengetahui secara detail tentang seluk beluk serta karakter pesawat kami saat itu baik CN-235 maupun N-250. “ I am the master of the aircraft” terkadang membawa kami pada situasi yang mengarah kepada kondisi “Over Confidence” terlalu percaya pada diri sendiri, yang ujung2 nya bias mengarah kepada suatu unsafe situation. Terus terang saja sering kali kami kurang waspada terhadap situasi lingkungan/ environment di negeri orang. Bersyukur kami masih mau menyadari hal ini sehingga biasanya kami menyertakan seorang Pilot local sebagai Safety Pilot dalam melakukan Demo Flight. Pilot local ini akan sangat membantu kami selama beroperasi dinegara asing. Di Pakistan kami menyertakan seorang Pilot dari Pakistan Aiforce. Demikian pula pada saat melakukan demo flight di Australia selama lebih dari sebulan, Squadron Leader David Falls mejadi escort kami selama terbang di Australia. Demikian juga bebeara jenis pesawat terbang yang melakukan Demo Flight di Indonesia selalu menyertakan Safety pilot sebagai Pandu di Cockpit. Pada saat mengikuti demo Flight Airbus Militer A-400-M saya masih ingat Marsma Djamhari juga berada di Jumpseat, selain berhubungan dengan jabatan beliau sebagai Lambangja AU, beliau juga merupakan Pilot TNI AU yang mengetahui bukan saya area2 penerbangan tetapi juga prosedur2 komunikasi di Indonesia, sehingga Test Pilot benar2 terbantu oleh Safety Pilot. Demikian pula pada saat EADS melakukan Demo Flight C 295 di kebeberapa daerah di Teritori Indonesia, salah seorang Penerbang dari Skuadron 2 juga ditugaskan di cockpit sebagai Safety Pilot selain juga sekaligus menangani aspek security nya. Pengalaman dari berbagai demo flight yang lalu, yang umum terjadi, pada suatu demo flight satu atau beberapa customer pilot akan kami ajak ke cockpit. Kepada mereka akan kami perlihatkan beberapa aspek dan kecanggihan pesawat tersebut. Biasanaya kami akan mengoceh sambil mendemonstrasikan peralatan yang terpasang. Disinilah harus disadari bahwa dalam situasi tersebut, terjadilah apa yang sering disebut sebagai “Cockpit distractions” Gangguan di Cockpit yang mempengaruhi perhatian Pilot dalam operasi penerbangannya. Melihat pengalaman diatas maka makin terasa sangat pentingnya menyertakan seorang safety pilot dalam melakukan demo flight, terutama diarea dimana tidak terlalu familiar bagi kita. Demikianlah secuplik artikel mengenai Test Pilot dan Demo Flight.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar