Selasa, 08 Januari 2013

Hujan Buatan, Tugas Yang Berbahaya



Komandan Skuadron Udara 4 Malang Mayor Tio Hutapea didampingi kopilot Letnan Satu Deharday Nugraha Gaffar di samping pesawat hujan buatan, Rabu (26/9/2012).


PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Jangan salah sangka bahwa pelaksanaan hujan buatan di Kalimantan Tengah yang dilakukan TNI Angkatan Udara merupakan tugas ringan. Meski aktivitas demi kepentingan sipil itu sudah dilakukan personel militer, hujan buatan menjadi tantangan yang cukup berat.

Komandan Skuadron Udara 4 Malang, Mayor Tio Hutapea sebagai pilot pesawat pembuat hujan di Palangkaraya, Kalteng, Rabu (26/9/2012), mengatakan, ia sudah menjalani berbagai misi di berbagai daerah antara ,lain perbatasan dengan Papua Nugini, Malaysia, dan Timor Leste, serta darurat militer di Aceh.
Bahkan, dalam misi-misi itu ia meminimalkan risiko dengan menghindari awan sesuai prosedur keamanan. Dalam pelaksanaan hujan buatan, pesawat justru menabrak awan. "Pembuatan hujan justru tergolong berbahaya. Pesawat menjadi tidak stabil," ujar Tio.
Meski alumni Akademi Angkatan Udara tahun 1996 itu sudah menjadi pilot sejak akhir tahun 1998 dan memiliki sekitar 7.000 jam terbang, ia harus tetap berhati-hati. "Karena menyusuri awan, pesawat jadi terguncang-guncang. Ada kantung udara dalam awan," tuturnya.

Para awak pun harus lebih sering menahan mual, lantaran pesawat bisa tiba-tiba terangkat atau menukik. Karena itu, mereka yang mengemudikan pesawat pembuat hujan adalah para pilot dengan fisik lebih prima dibandingkan rata-rata rekannya. Sejauh ini, tutur Tio, belum ada awak pesawatnya yang muntah.
"Kami harus tetap konsentrasi meski pesawat naik-turun," ujar Tio. Para awak pesawat juga harus menghadapi oksigen yang tipis. Ambang batas ketinggian yang normal untuk penerbangan yakni 10.000 kaki.

Bayangkan kalau ketinggian awan yang dituju bisa mencapai 13.000-15.000 kaki dan pesawat harus masuk ke area itu. Apalagi, pesawatnya tergolong kecil, tutur Tio. Pesawat yang digunakan yakni Casa 212-200 bermesin baling-baling dengan tipe unpressurized.

"Tapi, kami tetap enjoy menjalankan misi hujan buatan. Kalau satu atau dua hari saja tidak terbang, rasanya ada yang kurang," ujar Tio sambil tersenyum.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar