MOSKOW – Setengah
abad telah berlalu sejak pesawat yang dikemudikan pilot AS, Francis
Gary Powers ditembak jatuh di atas langit Uni Soviet dan menjadi titik
balik dalam Perang Dingin, namun kabut misteri masih menyelimuti
kejadian itu hingga saat ini.
Sebuah pesawat mata-mata U2 AS kala itu
tengah menjalankan misi untuk merekam tampak atas pangkalan-pangkalan
militer Uni Soviet. Di tengah berlangsungnya misi, mendadak pesawat
tersebut dihantam oleh peluru kendali darat Uni Soviet.
Padahal, CIA sempat menyebut pesawat itu sebagai “pesawat kebal” alias tak dapat dijatuhkan.
U2 adalah pesawat amat rahasia dan
merupakan mahakarya teknologi dirgantara pada zamannya. Pesawat
tersebut dirancang untuk dapat terbang melintasi wilayah Uni Soviet
tanpa terdeteksi, mengambil sejumlah gambar di ketinggian yang tidak
mampu dijangkau peluru kendali dan pesawat tempur Uni Soviet.
Tapi, pada tanggal 1 Mei 1960, sebuah
peluru kendali yang ditembakkan dari darat mampu menembak dan
menjatuhkan pesawat U2 dari angkasa. Peristiwa itu sontak menjadi
sorotan utama dan dapat mempengaruhi hubungan internasional dan
kebijakan di AS dan Uni Soviet selama bertahun-tahun.
“Saya ingat komandan menoleh pada saya
dan mengatakan bahwa saya harus bersiap-siap menghadapi target nyata,”
kenang Mikhail Voronov, seorang purnawirawan perwira Tentara Merah
Soviet.
“Biasanya, ketegangan amat sangat
terasa. Kami tidak tahu pasti bahwa pesawat itu hanya pesawat
mata-mata. Bagaimana jika pesawat itu mengangkut bom? Ketika pesawat
itu jatuh, kami semua merasakan kemenangan.”
Begitu pesawat itu tertembak, sang
pilot, Francis Gary Powers, mampu menyelamatkan diri. Ia turun dengan
parasut dan ditangkap sesaat setelah mendarat di wilayah Uni Soviet.
Powers, yang bertolak dari sebuah
pangkalan militer AS di dekat kota Peshawar, Pakistan, berhenti sejenak
di pangkalan udara Incirlik Turki sebelum menuju pegunungan Ural, ia
ditembak jatuh di atas kawasan Sverdlovsk.
AS berasumsi bahwa pilot tersebut tewas
dan pesawat itu dihancurkan, AS kemudian mengeluarkan pernyataan
terperinci yang mengklaim bahwa penyebab jatuhnya pesawat mata-mata
tersebut adalah masalah udara karena sang pilot “kesulitan mendapat
oksigen.” Tapi, itu adalah kebohongan yang berisiko.
CIA yakin benar bahwa Powers telah
tewas. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Lincoln White berupaya
menciptakan kesan bahwa penerbangan itu adalah sebuah misi penerbangan
sipil yang keluar jalur.
“Amat mungkin bahwa pesawat itu memasuki
mode pilot otomatis dan menempuh jarak yang jauh, lalu secara tidak
sengaja melanggar wilayah udara Uni Soviet,” kata White kala itu.
Yang tidak disadari AS, bukan hanya
Powers – sang pilot – masih hidup dan diinterogasi Uni Soviet, namun
masih banyak bagian-bagian pesawat mata-mata tersebut yang masih utuh,
lengkap dengan perlengkapan spionse, termasuk sebuah kamera pengintai
untuk mengambil gambar. Kejadian tersebut memperburuk hubungan AS – Uni
Soviet dan membuat pemerintahan Eisesnhower malu besar karena
tertangkap basah membohongi publik.
Pemimpin Soviet Nikita Khrushchev
mengumumkan penangkapan tersebut dalam pidato di hadapan parlemen Uni
Soviet. Ia mengancam AS jika tidak bersedia menghentikan misi mata-mata
CIA-nya.
“Jangan coba-coba terbang ke Uni Soviet!
Jangan coba-coba terbang ke negara sosialis!” kata Krushchev.
“Hormatilah kedaulatan negara dan ketahuilah batasan kalian! Karena
jika tidak, kami akan menyerang!”
Powers pada akhirnya dijatuhi hukuman kurungan 10 tahun karena kegiatan spionase, namun ia ditukarkan dengan seorang tahanan KGB (intelijen Uni Soviet) beberapa tahun kemudian dalam sebuah pertukaran tahanan mata-mata tingkat tinggi.
Sekembalinya ke Amerika Serikat, Powers
tidak disambut layaknya sambutan yang diberikan pada seorang pahlawan,
sebagian besar dikarenakan kesalahan informasi yang dikeluarkan kedua
belah pihak.
“Ketika ayah saya pulang ke rumah, dia
amat terkejut saat membaca bahwa ada banyak tulisan editorial di media
massa yang menyebutkan bahwa beliau telah membelot (kepada Uni
Soviet),” kenang Francis Gary Powers Jr.
“Beliau mendaratkan pesawat itu dengan
utuh. Mereka kira ayah saya kehilangan nyali dan memberitahukan
segalanya kepada Soviet. Jadi, ayah saya sedikit terkejut ketika
mengetahui hal itu. Beliau kecewa kala itu, karena pemerintah Amerika
tidak membantu memperbaiki citranya,” tambah Powers Jr.
Powers adalah seorang veteran Perang
Korea, dia adalah salah satu pilot pertama yang melakukan misi
pengintaian AS kala itu. Powers memiliki jam terbang cukup tinggi
sebelum ditembak jatuh pada 1960. Putranya, Francis Gary Powers Jr.
dilahirkan lima tahun setelah ayahnya ditangkap Uni Soviet. Powers Jr.
mengatakan bahwa ayahnya adalah sosok pria sederhana.
“Ayah saya adalah orang biasa. Beliau
dibesarkan di sebelah barat daya Virginia. Beliau adalah anggota
pertama keluarga saya yang berkuliah. Beliau ingin menjadi penerbang
sejak usia kecil, setelah lulus kuliah pada 1950, beliau mendaftar
masuk Angkatan Udara,” kata Francis Gary Powers Jr.
“Ayah saya sedikit pemalu, orang yang
tertutup. Beliau tidak suka berbicara di hadapan banyak orang. Namun,
itu semua berubah ketika beliau ditembak jatuh dan disidang di Uni
Soviet, lalu pulang dan berceramah dan tampil di hadapan umum. Tapi,
beliau kebanyakan lebih suka sendirian atau dikelilingi kawan-kawan
dekat.”
Powers Jr. menjabarkan apa yang
mendorong ayahnya, yang waktu itu masih muda, untuk meninggalkan
Angkatan Udara dan mulai bekerja untuk CIA.
“Ayah mengisyaratkan bahwa beliau
menyukai tugas sebagai pilot Angkatan Udara dan misi-misinya. Namun,
ketika beliau didekati CIA dan diminta menerbangkan pesawat baru yang
amat rahasia, melakukan sesuatu yang patriotik untuk negara dan dibayar
lebih dari gaji di AU, beliau menjadi termotivasi untuk mencalonkan
diri sebagai sukarelawan program U2.
50 tahun berlalu, kejadian itu masih
menimbulkan intrik besar. Kisah nyata mengenai mata-mata, dusta dan
keberhasilan Uni Soviet yang dikenang sepanjang zaman. (dn/rt/rf)
Source : www.voa-islam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar