Mungkin masih banyak diantara kita semua yang belum sepenuhnya
mengetahui tugas/fungsi seorang “ Test pilot” khususnya Factory Test
Pilot.
Terlebih dahulu disampaikan beberapa tingkatan Test Pilot menurut
kualifikasinya:
Maintenance Test Pilot, merupakan kualifikasi paling dasar seorang Test
Pilot. Maintenance Test Pilot ini bertugas untuk melakukan Test Flight (
Uji Terbang) pada suatau pesawat terbang yang baru saja menyelesaikan
suatu kegiatan perawatan routine di suatu fasilitas perawatan pesawat
udara. Disini seorang Maintenance Test Pilot, dalam melakukan Test
Flight (Terbang uji ), sekaligus dapat melakukan verifikasi bahwa semua
parameter terbang: Engine Parameter, Flight Control Parameter, Avionics,
semua didalam range yang ditentukan. Acuan parameternya adalah manual
yang tersedia untuk jenis pesawat tersebut baik Maintenance Manual (
Manual perawatan) maupun Operations Manual ( Manual Operasi ). Mengingat
bahwa Maintenace Test Flight ini dilakukan pada pesawat terbang yang
sudah beroperasi sebelumnya, maka biasanya dipandang sebagai sesuatu
aktifitas Test Flight yang rendah resikonya. Meskipun dari catatan yang
ada, terjadi pula beberapa kecelakaan fatal yang terjadi saat melakukan
Maintenance Test Flight. Masih kita ingat kecelakaan salah satu Casa 212
di Batam beberapa waktu yang lalu juga terjadi saat sedang melakukan
Maintenance test flight, seusai menjalani perawatan teknis.
Production Test Pilot, kualifikasi Production Test Pilot ini dibutuhkan
oleh sebuah pabrik pesawat udara. Seorang Production Test Pilot
diharapkan mampu melakukan uji terbang pada pesawat udara yang baru
selesai di produksi oleh pabrik pesawat. Pada umumnya, skenario uji
terbangnya terbagi menjadi beberapa program, yang dituangkan dalam
suatu Production Flight Test Program. Diawali dengan initial Flight Test
Program, pesawat terbang akan diterbangkan pada suatu corridor atau
Test Area yang dianggap aman dari segi terain maupun cuaca.
Ketinggianpun akan dipilih ketinggian yang cukup tinggi, untuk pesawat
turboprop biasanya dipilih sekitar 10,000 feet, sehingga diharapkan
memberikaan cukup keleluasaan bagi pilot bila berhadapan dengan situasi
abmnormal yang harus di recover.
Program demi program diselesaikan secara bertahap. Cepat atau lambatnya
penyelesaian Production Test Flight ini tentunya banyak ditentukan oleh
banyak atau tidaknya temuan pada saat melakukan Test Flght, dan
tergantung lamanya waktu untuk perbaikannya. Bilamana seluruh proses
terbang uji meliputi flight control, propulsi, performance pesawat telah
selesai, program terakhir adalah merupakan verifikasi detail terhadap
system pesawat secara keseluruhan. System yang harus di Test adalah:
Avionics secara menyeluruh meliputi; Navigasi, Komunikasi, Environment
control. Di beberapa industri pesawat di Eropa, production Test Flight
ini biasa juga disebut Acceptance Test. Acuan berupa PFTP (Production
Flight Test Program ) merupakan “Primbon” bagi para Production Test
Pilot. PFTP dipakai sebagai acuan untuk meyakinkan bahwa seluruh pesawat
yang diproduksi, mempunyai standard kualitas yang konsisten.
Experimental Test Pilot. Merupakan kualifikasi tertinggi di bidang Uji
terbang pesawat udara. Kualifikasi tersebut secara formal hanya bisa
didapatkan dibeberapa Test Pilot School : ETPS (Emperor Test Pilot
School ) dan International Test Pilot School di Inggris, EPNER di
Istress-Perancis, USAF Test Pilot School di Edward AFB California,
Amerika, US Navy Test Pilot School-Patuxent River-Amerika, National Test
Pilot School, Mojave California –Amerika dan Rusiapun mempunyai lembaga
tersendiri untuk mendidik calon Test Pilot mereka. Sebagai contoh: PTDI
mengirimkan para Pilotnya ke National Test Pilot School dan
International Test Pilot School. Sebagai persyaratan memasuki Test Pilot
School, selain kemampuan terbang diatas rata2, seorang calon test pilot
pilot juga diharapkan mempunyai latar belakan pendidikan engineering.
Mengapa latar belakang engineering menjadi penting, karena dalam
pendidikan yang berdurasi selama 12 sampai 15 bulan itu banyak sekali
ditemui materi2 pelajaran dengan konten mathematic dan fisika yang cukup
tinggi tingkatannya.
Ada 4 tahapan di pendidikan test pilot yang masing2 lamanya sekitar 3
bulan kecuali untuk phase terakhir, agak lebih panjang karena
dilanjutkan dengan Final Preview semacam Proyek akhir, biasanya disebut
juga dengan Unknown Aircraft Project. Mengingat bahwa jenis pesawat yang
harus diterbangkan selalu dirahasikan sampai hari “H”
Pre Test Pilot School ( Semacam Matrikulasi ) untuk kualifikasi akademis
maupun kualifikasi terbang. Pre TPS ini sekaligus juga merupakan media
seleksi. Sehingga bila tidak bisa melampaui jenjang ini maka dengan
terpaksa harus dropped out alias DO.
Tahapan ke 2 adalah Performance, disini diajarkan bagaimana melakukan
Test dan assessment untuk mendapatkan data performance atau kinerja dari
suatu pesawat. Walaupun performance phase ini kelihatannya ringan,
tetapi disini justru dituntuk kemampuan terbang secara akurat. Misalnya
Pilot harus bisa terbang dengan akurasi/ toleransi kecepatan +/- 2
Knots, ketinggian +/- 10 feet. Semua itu memang diharuskan semata mata
untuk mendapatkan akurasi data yang representative.
Disinilah Test Pilot diajarkan untuk dapat membuat graphic2 : Level
flight performance, Climb/descend performance, Turning performane,
Field Performance dll.
Tahapan ke 3 adalah Flight Control atau biasa disebut juga Handling
Quality. Tahapan ini merupakan tahapan yang cukup ditakuti oleh para
siswa Test Pilot School mengingat banyak sekali Control Theory yang
padat theory mathematicnya.
Ditahapan ini juga para Pilot diberikan bekal pengetahuan untuk
menterjemahkan karakter suatu flight control dari yang sifatnya qualitas
menjadi quantitas ataupun sebaliknya. Banyak sekali pelajaran dan
latihan yang diberikan, untuk memperkaya kapabilitas melakukan control
characteristic assessment baik pada pesawat terbang ataupun Simulator.
Itulah sebabnya seorang siswa Test pilot umumnya di haruskan
menerbangkan sampai 25 jenis Pesawat yang berbeda, selama pendidikan
mereka. Dengan maksud untuk menambah cakrawala mereka dalam mengenal
karakter pesawat yang sangat variatif. Phase pendidikan flying quality
ini sering juga disebut Killer Phase, karena tidak sedikit Calon Test
Pilot yang gagal melampaui tahapan ini dan kemudian dipulangkan ke
kesatuan atau Negara nya masing2.
Tahapan ke 4 adalah system, tahapan ini merupakan tahapan akhir dari
syllabus Test Pilot School. Tahapan ini pada hakekatnya adalah merupakan
integrasi dari materi materi yang telah didapatkan sebelumnya yang
kemudian digabung dengan materi baru yakni, Avionics, ECS (Environment
Control System), Bermacam2 Mission Task Equipment yang lain, termasuk
persenjataan bagi Calon Test Pilot Militer.
Tahapan System ini, dilanjutkan dengan proyek akhir, dimana seorang
Calon Test Pilot berpartner dengan seorang Calon Flight Test engineer,
diberikan satu jenis pesawat “ Unknown Aircraft “ untuk diterbangkan.
Dalam 10 jam terbang yang dialokasikan, mereka harus dapat menghasilkan
laporan mengenai kemampuan pesawat tersebut. Kinerja, maneuverability,
kemampuan system peralatan. Assessment ini dilakukan dalam siang maupun
malam hari. Setelah selesai dengan 10 jam terbang uji, mereka masih
mempunyai 1 Minggu sampai 10 hari untuk menyusun final report. Hasilnya
dipresentasikan dalam final presentation, yang biasanya dihadiri juga
oleh para professor penguji dari luar sekolah.
Setelah lulus dari Test Pilot School, seorang Experimental Test Pilot,
diharapkan akan dapat menjembatani atau menterjemahkan bahasa
operational menjadi bahasa engineering atau sebaliknya dari suatu
operasi pesawat terbang.
Sebagai contoh: Seorang designer flight control menemui kesulitan
bilamana mendengar laporan dan harus meng interpretasi : “ Flight
Controlnya terlalu lincah “.
Seorang Test Pilot Tentunya akan menyampaikan dengan bahasa yang lebih
teknis misalnya “ Rate of controlnya terlalu tinggi karena 20 derajat
per detik” penyampaian semacam ini akan jauh lebih mudah di cerna oleh
seorang design engineer.
Sebagai seorang Experimental Test Pilot ia akan mampu untuk melakukan
uji terbang pada pesawat hasil design baru yang belum pernah
diterbangkan sama sekali sebelumnya. Contohnya adalah Alm Erwin
Danuwinata dan Sumarwoto, pada saat menerbangkan N-250 buatan IPTN, saat
itu adalah merupakan N-250 Experimental Test Flight.
Selain sebagai Test Pilot pada suatu pabrik pesawat, banyak juga rekan2
Test Pilot militer maupun sipil yang tidak bekerja di bekerja di
industri pesawat terbang. Tetapi mereka mempunyai tugas yang tidak kalah
beratnya. Sebagai evaluator pilot, mereka mempunyai tugas untuk
melakukan evaluasi/ assessment pada proses seleksi pesawat terbang yang
akan dibeli oleh kesatuan militer ataupun airline mereka.
Semua negara maju, pada umumnya akan melibatkan. evaluator pilot, pada
proses selection sampai pembelian, proses acceptance suatu pesawat
terbang. Apalagi pesawat tempur militer, dimana mereka harus meyakini
bahwa mission equipment yang terpasang pada pesawat tempur tersebut
memenuhi spesifikasi teknis/operasional yang telah ditetapkan. Sangat
disayangkan bahwa belum ada satupun Pilot militer Indonesia yang pernah
mengikuti pendidikan formal sebagai Experimental Test Pilot. Walaupun
pernah ada 2 orang Test pilot yang kebetulan berasal dari TNI AU, tetapi
mereka lebih berorientasi kepada mission task dan regulasi sipil. Sebab
mereka dimaksudkan sebagai certification Test Pilot Direktorat Jendral
Perhubungan Udara dalam rangka Proyek Sertifikasi N-250 yl.
Disamping itu ada pula beberapa rekan pilot militer yang pernah
mengikuti Maintenance Test Pilot Course di pabrik pesawat, dan kemudian
qualified untuk melakukan Post Maintenance Test Flight. Sebenarnya
betapa pentingnya Indonesia, mempunyai Pilot Militer yang dapat terlibat
dalam proses pemilihan, penentuan Military specification suatu pesawat,
penentuan mission task equipment dll. Meyakini bahwa apa yang kita beli
sesuai dan memenuhi seluruh persyaratan kita. Mengingat bahwa alutsista
Udara adalah merupakan asset yang amat sangat mahal. Apalagi Indonesia
saat ini sudah memiliki IMAA ( Indonesia Military Airworthines
Authority) Badan kelaikan udara militer Indonesia. Sehingga sudah tepat
waktunya TNI dapat mengikut sertakan penerbang pilihamnnya ke salah satu
Formal Test Pilot School
Untuk memperkenalkan produk suatu pabrik pesawat terbang, seringkali
Test Pilot juga dibebani tugas promosi berupa misi2 seperti: Demo
Flight, dimana demo flight yang dikenal selama ini terbagi beberapa
klasifikasi. Demo Flight yang berbentuk Dynamic Show, Test Pilot dan
Flight Crew lain yang sangat terbatas, melakukan manuver2 termasuk
manuver yang critical. Dengan maksud memperlihatkan kepada calon
customer ataupun khalayak ramai seperti pada Airshow, kemampuan serta
keunggulan pesawat tersebut. Dalam kegiatan semacam ini Test Crew
dilengkapi dengan emergency equipment seperti : Helmet, Parachute dsb,
unuk mengantisipasi keadaan terburuk. Mengingat bahwa manuver yang
dilakukan sangat critical, maka tidak ada penumpang lain yang
diperkenankan onboard dan areanyapun sudah tertentu di area sekitar
airport.
Ada pula demo flight yang biasanya disebut customer demo, atau joy ride.
Dalam customer demo semacam ini, intensinya lebih banyak menunjukan “
Ride quality “ dari suatu pesawat misalnya tingkat kerendahan goncangan,
getaran dan kebisingan pesawat tersebut.
Dari pengalaman kami sewaktu di PT DI, saat melakukan Demo Flight di
beberapa Negara termasuk Australia, UAE dan Pakistan memang ada beberapa
hal yang selalu menjadi penekanan bagi kami sendiri yaitu “ Don’t get
exited”
Meskipun kita antar Test Crew selalu berusaha saling mengingatkan,
tetapi sebagai “Human Beeing” berkali kali kami sendiri dengan mudahnya
terjebak dalam situasi “Exited” Bahkan dalam situasi demikian, kami
sering merasa bahwa kami adalah Test Pilot handal yang mengetahui secara
detail tentang seluk beluk serta karakter pesawat kami saat itu baik
CN-235 maupun N-250. “ I am the master of the aircraft” terkadang
membawa kami pada situasi yang mengarah kepada kondisi “Over Confidence”
terlalu percaya pada diri sendiri, yang ujung2 nya bias mengarah kepada
suatu unsafe situation.
Terus terang saja sering kali kami kurang waspada terhadap situasi
lingkungan/ environment di negeri orang. Bersyukur kami masih mau
menyadari hal ini sehingga biasanya kami menyertakan seorang Pilot local
sebagai Safety Pilot dalam melakukan Demo Flight. Pilot local ini akan
sangat membantu kami selama beroperasi dinegara asing. Di Pakistan kami
menyertakan seorang Pilot dari Pakistan Aiforce. Demikian pula pada saat
melakukan demo flight di Australia selama lebih dari sebulan, Squadron
Leader David Falls mejadi escort kami selama terbang di Australia.
Demikian juga bebeara jenis pesawat terbang yang melakukan Demo Flight
di Indonesia selalu menyertakan Safety pilot sebagai Pandu di Cockpit.
Pada saat mengikuti demo Flight Airbus Militer A-400-M saya masih ingat
Marsma Djamhari juga berada di Jumpseat, selain berhubungan dengan
jabatan beliau sebagai Lambangja AU, beliau juga merupakan Pilot TNI AU
yang mengetahui bukan saya area2 penerbangan tetapi juga prosedur2
komunikasi di Indonesia, sehingga Test Pilot benar2 terbantu oleh Safety
Pilot. Demikian pula pada saat EADS melakukan Demo Flight C 295 di
kebeberapa daerah di Teritori Indonesia, salah seorang Penerbang dari
Skuadron 2 juga ditugaskan di cockpit sebagai Safety Pilot selain juga
sekaligus menangani aspek security nya.
Pengalaman dari berbagai demo flight yang lalu, yang umum terjadi, pada
suatu demo flight satu atau beberapa customer pilot akan kami ajak ke
cockpit. Kepada mereka akan kami perlihatkan beberapa aspek dan
kecanggihan pesawat tersebut. Biasanaya kami akan mengoceh sambil
mendemonstrasikan peralatan yang terpasang. Disinilah harus disadari
bahwa dalam situasi tersebut, terjadilah apa yang sering disebut sebagai
“Cockpit distractions” Gangguan di Cockpit yang mempengaruhi perhatian
Pilot dalam operasi penerbangannya.
Melihat pengalaman diatas maka makin terasa sangat pentingnya
menyertakan seorang safety pilot dalam melakukan demo flight, terutama
diarea dimana tidak terlalu familiar bagi kita. Demikianlah secuplik
artikel mengenai Test Pilot dan Demo Flight.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar