Pada saat perjalanan dinas dari Jakarta ke Bangkok tahun 1995 dengan
pesawat Garuda Indonesia , duduklah disampingku seorang ibu , setelah
berkomunikasi ternyata ia seorang mantan Pramugari pesawat
tersebut,pantas masih kelihatan bekas kecantikannya.
*pramugari Garuda indonesia saat ini
Selama tiga jam perjalanan dengan pesawat udara , Sang mantan pramugari dengan ramah bercerita tentang kisah hidupnya ketika mengetahui bahwa kelaurga besar saya berasal dari kota yang sama di Tanah Minangkabau, kota Payakumbuh ,malah tempat tinggalnya di Koto Nan empat yang setiap hari saat sekolah di SMA harus liwat dijembatan Ratapan Ibu ,dibawah Jembatan tersebut banyak pejuang Indonesia di bunuh oleh Jepang dengan alasan mata-mata Belanda sehingga banyak ibu yang menangis, meliwati jembatan menuju kesekolah di Labuh Basilang artinya jalan bersimpang,
Sedangkan rumah keluarga besar penulis berada di Labuh Silang ,ayah lahir disana,dan kakek memiliki kebun kelapa disamping rumah , tetapi saat Revolusi Kemerdekaan, Rumah Keluarga Besar di bakar ,untung ayah dan ibu sekeluarga sudah pindah ke Padang sehingga selamat,juga keluarga besar termasuk kakek dan nenek . Kakak wanita saya juga lahir di Labuh Silang saat pendudukan Jepang, dan saya sendiri lahir di Kota Padang beberapa bulan sebelum Indonesia Merdeka.
Dari percakapan yang sangat mengasyikan dengan mantan Pramugari tersebut, tak terasa sampailah saya dilapangan terbang di Bangkok, sampai saat ini saya tidak pernah berjumpa lagi dengannya. Kisah hidup Sang Pramugari Garuda Indonesia yang sebelumnya bernama Garuda Indonesian Airways atau GIA sunguh sangat mengesankan, untuk itu saya akan mencuplik sebagian kisah yang masih diingat , mohon yang bersangkutan tidak keberatan bila membaca tulisan ini, beginilah kisahnya.
Sesudah dua tahun di SMA Negeri Payakumbuh,ia pindah ke Jakarta dan melanjutkan sekolah di SMA Negeri Mangarai. Tamat SMA ikut kursus komersil selama satu tahun. Tahun 1959, Pemerintah Indonesia mengambil alih KLM perusahan penerbangan Belanda dan membentuk perusahan penerbangan nasional dengan nama”GIA” -Garuda Indonesian Airways yang saat ini sudah berganti nama Garuda Indonesia. Dengan ijazah yang ada , ia melamar menjadi P,setelah mengikuti pelatihan sampai lulus mulai bekerja di Garuda. Dimulailah sebuah karier pada Perusahan Penerbangan Nasional yang sekaligus berfungsi pula sebagai Maskapai Penerbangan membawa Bendera Nasional.
Ketika itu naik pesawat terbang masih merupakan kesempatan mahal yang hanya diraih oleh seorang tertentu saja, seperti pejabat tinggi negara,pengusaha besar atau orang asing. Saya pernah naik pesawat terbang pertama kali tahun 1959 untuk mengikuti pertandinga nasional Tennis Meja sebagai utusan Daerah . berangkat dari Padang , lapangan Terbang “Tabing” , sekarang pindah ke Lapangan terbang “Minangkabau” yang lokasi lebih jauh diluar kota, dan tiba di di lapangan Terbang “Kemyoran” saat ini jadi tempat expo kemayoran,dan lapangan terbang pindah ke” Halim “tahun 1979,kemudian pindah lagi Ke Bandara “Sukarno Hatta” sampai saat ini. Memang situasi lain dari sekarang, sebelum itu tahun 1955 bila terbang kita masih dijemput dari rumah oleh mobil perusahan Garuda setempat untuk diantar ke lapangan Terbang .Mari kita lanjutkan kisah sang mantan pramugari tersebut.
Bersyukurlah setelah satu tahun bekerja sebagai Pramugari, ia dapat mengambil cuti dengan mengunakan pesawat terbang, kesempatan pertama kali tersebut dimanfaatkan untuk mengunjungi kakaknya yang bekerja di Tarakan KALTIM.
*contoh pesawat DC-3
Saat itu armada Garuda mengoperasikan pesawat sederhana serta jaringan penerbangannya paling jauh ke Singapura . Ia pergi ke Tarakan dengan pesawat jenis DC-3 yang berkapasitas 24 tempat duduk . Jakarta -Tarakan ditempuh dalam waktu lima jam melalui Surabaya-Banjarmasin-Balikpapan. Sungguh suatu penerbangan yang menimbulkan berbagai rasa baginya.
Tahun 1962, ia menempuh pendidikan extension course bagian Hukum, yang kuliahnya pada sore/malam hari diutamakan bagi yang sudah bekerja.Ia mengunakan kesempatan ini untuk menambah ilmu,kuliah sambil bekerja. sungguh tak diduga, bukan ilmu saja yang didapat tetapi ia bertemu dengan seseorang kekasih yang juga berasal dari kota Nan Ampat alias teman sekampung yang merantau.
Sebelum tamat kuliah, pda tahun 1964 mereka terlebih dahulu meraih Ijazah “Ciek Baduo”(satu untuk berdua alias surat kawin-pen) , akad dan pesta pernikahan dilangsungkan di Kampung halaman Payakumbuh.
Kuliah,kerja dan rumah tangga berjalan beiringan. Setelah menikah ia jadi pramugari “darat” ,alias tidak ikut terbang lagi. Suaminya bekerja di Gelora Bung Karno Senayan dan mereka sekeluarga tinggal di Perkampungan Internasional Senayan. Ternyata disana ia bertemu dengan banyak teman-temannya yang berasal dari SMA Negeri Payakumbuh,
Sementara itu ia terus bekerja di Garuda sebagai ground Stewardes. Pembangunan berlanjut terus. Ilmu pengetahuan dan teknologi makin maju. derap ini juga terasa di tempat kerja. Garuda terus berusaha meningkatkan diri,agar sanggup menjalankan tugas Nasional di dalam dan di luar negeri, termasuk bersaing dengan perusahaan penerbangan Internaional lain.
Begitu pula sebagai karyawan, ia memperoleh kesempatan untuk cuti sekeluarga atau dinas, dengan pesawat terbang ke dalam dan luar negri secara gratis. Kalau dulu ke Tarakan ia seorang diri, sekarang jika mengambil cuti ia berlima dengan fasilitas terbang 4 kali setahun sekeluarga.
Tahun 1975 ia dan suami dapat memenuhi panggilan Nabi Ibrahim, menunaikan Ibadah Haji di Tanah Suci. Pada kesempatan cuti dan liburan anak-anak , ia dapat bepergian bersama-sama. Tidak lagi dengan pesawat berbaling-baling seperti DC-3, akan tetapi dengan berbagai tipe pesawat yang dimiliki Garuda, seperti pesawat berbadan lebar,Jumbo Jet. Anak-anak dapat pula melihat Amsterdam.
*pesawat Garuda Indonesia saat ini
Pada kesempatan lain dapat melihat kampung halaman,petualng terkenal Marcopollo, Italia. Italia adalah sebuah negara yang menarik dengan peninggalan kuno dari kurun Romawi dan merupakan tanah air seniman terkemuka dunia ,salah satunya diberi nama pada Bandar Udara Roma yaitu Leonardi da Vinci ,pelukis Monalisa.
*Bandara Roma saat ini
lain pula pengalamnnya ke negara Kangguru, atau sekarang lebih banyak disebut sebagai negeri “Retun To Eden”. Garuda sudah sejak lama terbang ke Asutralia dan singah di berbagai kota di Benua tersebut .Kalau Monas diidentikan sabagai lambang kota Jakarta,maka Sydney mempunyai Jembatan dan Gedung Opera sebagi lambang kota , kedua lambang tersebut nampak jelas pada bagian pembukaan setiap serial film TV “ Return to Eden” .

*Jembatan dan Gedung Opera lambang Kota Sydney
Pada tahun 1972, suaminya pindah kerja di P.T. Krakatau Steel di Cilegon, se-hingga mereka sekeluarga pindah ke lokasi tersebut. tetapi sayang kantor Garuda tidak ada disana. Karena sayang untuk berhenti kerja, ia dan anak-anak terpaksa tetap tinggal di Jakarta dan suami seorang diri di Cilegon. Inilah perpisahan pertama mereka sejak bekeluarga yang terasa cukup berat.
Mujur tak selamanya dapat diraih, tiba-tiba suaminya tahun 1985 harus dirawat di Rumah Sakit Pelni Jakarta. Keluhannya adalah pada telingga dan muka sebelah kiri terasa baal.Suatu operasi harus dilakukan pada bagian Neurologi di RSCM Jakarta,
Beberapa minggu setelah operasi, suaminya diperkenankan berobat jalan. Keadaan seperti itu tidak berlangsung lama, ujian demi ujian silih berganti.Kami kembali ke RS berganti-ganti mendampingi suaminya selama empat bulan, kemudian suami dibawa pulang kerumah sebab tak ada daya medis lagi untuk menolongnya..
Seluruh keluarga besar ,dan teman-teman dari Garuda maupun Krakatau Steel serta Dharma Wanita, memberikan bantuan yang tiada terhingga kepada suami maupun dalam membesar hatinya.
Bulan september 1985, Allah telah memangil hambahnya yang sangat ia sayangi. Jembatan serta air mata yang mengalir dibawaNYA, adalah ibarat kehidupan dengan suka-duka bagi yang melaluinya. mengalir menuju lautan lepas.Ia bercerita dengan genangan air mata , dan selanjutnya ia mengakhiri kisah ini dengan informasi bahwa, ia terus meneruskan karier di Garuda sampai pensiun dan seluruh anak-anak sudah dewasa , tamat sekolah dan sudah bekerja.
Demikianlah Kisah sang mantan Pramugari Garuda kepada penulis , semoga pembaca dapat mengetahui suka duka bekerja di perusahan Garuda Indonesia, sangking trenyuh sampai penulis lupa menanyakan nama dan umur sang Pramugari tersebut . Oleh karena itu bila ada yang memiliki kisah hidup yang mirip , mohon dimaafkan.
Profile Pramugari dan Pesawat Garuda yang ditampilkan dalam tulisan ini bukan dari mantan Pramugari yang saya tulis kisahnya , tetapi profile Pramugari Garuda Indonesia saat ini yang diperoleh dari ekplorasi Google.hal sama juga dengan illustrasi lain.
Sekian@hakcipta Dr iwan suwandy 2010.
*pramugari Garuda indonesia saat ini
Selama tiga jam perjalanan dengan pesawat udara , Sang mantan pramugari dengan ramah bercerita tentang kisah hidupnya ketika mengetahui bahwa kelaurga besar saya berasal dari kota yang sama di Tanah Minangkabau, kota Payakumbuh ,malah tempat tinggalnya di Koto Nan empat yang setiap hari saat sekolah di SMA harus liwat dijembatan Ratapan Ibu ,dibawah Jembatan tersebut banyak pejuang Indonesia di bunuh oleh Jepang dengan alasan mata-mata Belanda sehingga banyak ibu yang menangis, meliwati jembatan menuju kesekolah di Labuh Basilang artinya jalan bersimpang,
Sedangkan rumah keluarga besar penulis berada di Labuh Silang ,ayah lahir disana,dan kakek memiliki kebun kelapa disamping rumah , tetapi saat Revolusi Kemerdekaan, Rumah Keluarga Besar di bakar ,untung ayah dan ibu sekeluarga sudah pindah ke Padang sehingga selamat,juga keluarga besar termasuk kakek dan nenek . Kakak wanita saya juga lahir di Labuh Silang saat pendudukan Jepang, dan saya sendiri lahir di Kota Padang beberapa bulan sebelum Indonesia Merdeka.
Dari percakapan yang sangat mengasyikan dengan mantan Pramugari tersebut, tak terasa sampailah saya dilapangan terbang di Bangkok, sampai saat ini saya tidak pernah berjumpa lagi dengannya. Kisah hidup Sang Pramugari Garuda Indonesia yang sebelumnya bernama Garuda Indonesian Airways atau GIA sunguh sangat mengesankan, untuk itu saya akan mencuplik sebagian kisah yang masih diingat , mohon yang bersangkutan tidak keberatan bila membaca tulisan ini, beginilah kisahnya.
Sesudah dua tahun di SMA Negeri Payakumbuh,ia pindah ke Jakarta dan melanjutkan sekolah di SMA Negeri Mangarai. Tamat SMA ikut kursus komersil selama satu tahun. Tahun 1959, Pemerintah Indonesia mengambil alih KLM perusahan penerbangan Belanda dan membentuk perusahan penerbangan nasional dengan nama”GIA” -Garuda Indonesian Airways yang saat ini sudah berganti nama Garuda Indonesia. Dengan ijazah yang ada , ia melamar menjadi P,setelah mengikuti pelatihan sampai lulus mulai bekerja di Garuda. Dimulailah sebuah karier pada Perusahan Penerbangan Nasional yang sekaligus berfungsi pula sebagai Maskapai Penerbangan membawa Bendera Nasional.
Ketika itu naik pesawat terbang masih merupakan kesempatan mahal yang hanya diraih oleh seorang tertentu saja, seperti pejabat tinggi negara,pengusaha besar atau orang asing. Saya pernah naik pesawat terbang pertama kali tahun 1959 untuk mengikuti pertandinga nasional Tennis Meja sebagai utusan Daerah . berangkat dari Padang , lapangan Terbang “Tabing” , sekarang pindah ke Lapangan terbang “Minangkabau” yang lokasi lebih jauh diluar kota, dan tiba di di lapangan Terbang “Kemyoran” saat ini jadi tempat expo kemayoran,dan lapangan terbang pindah ke” Halim “tahun 1979,kemudian pindah lagi Ke Bandara “Sukarno Hatta” sampai saat ini. Memang situasi lain dari sekarang, sebelum itu tahun 1955 bila terbang kita masih dijemput dari rumah oleh mobil perusahan Garuda setempat untuk diantar ke lapangan Terbang .Mari kita lanjutkan kisah sang mantan pramugari tersebut.
Bersyukurlah setelah satu tahun bekerja sebagai Pramugari, ia dapat mengambil cuti dengan mengunakan pesawat terbang, kesempatan pertama kali tersebut dimanfaatkan untuk mengunjungi kakaknya yang bekerja di Tarakan KALTIM.
*contoh pesawat DC-3
Saat itu armada Garuda mengoperasikan pesawat sederhana serta jaringan penerbangannya paling jauh ke Singapura . Ia pergi ke Tarakan dengan pesawat jenis DC-3 yang berkapasitas 24 tempat duduk . Jakarta -Tarakan ditempuh dalam waktu lima jam melalui Surabaya-Banjarmasin-Balikpapan. Sungguh suatu penerbangan yang menimbulkan berbagai rasa baginya.
Tahun 1962, ia menempuh pendidikan extension course bagian Hukum, yang kuliahnya pada sore/malam hari diutamakan bagi yang sudah bekerja.Ia mengunakan kesempatan ini untuk menambah ilmu,kuliah sambil bekerja. sungguh tak diduga, bukan ilmu saja yang didapat tetapi ia bertemu dengan seseorang kekasih yang juga berasal dari kota Nan Ampat alias teman sekampung yang merantau.
Sebelum tamat kuliah, pda tahun 1964 mereka terlebih dahulu meraih Ijazah “Ciek Baduo”(satu untuk berdua alias surat kawin-pen) , akad dan pesta pernikahan dilangsungkan di Kampung halaman Payakumbuh.
Kuliah,kerja dan rumah tangga berjalan beiringan. Setelah menikah ia jadi pramugari “darat” ,alias tidak ikut terbang lagi. Suaminya bekerja di Gelora Bung Karno Senayan dan mereka sekeluarga tinggal di Perkampungan Internasional Senayan. Ternyata disana ia bertemu dengan banyak teman-temannya yang berasal dari SMA Negeri Payakumbuh,
Sementara itu ia terus bekerja di Garuda sebagai ground Stewardes. Pembangunan berlanjut terus. Ilmu pengetahuan dan teknologi makin maju. derap ini juga terasa di tempat kerja. Garuda terus berusaha meningkatkan diri,agar sanggup menjalankan tugas Nasional di dalam dan di luar negeri, termasuk bersaing dengan perusahaan penerbangan Internaional lain.
Begitu pula sebagai karyawan, ia memperoleh kesempatan untuk cuti sekeluarga atau dinas, dengan pesawat terbang ke dalam dan luar negri secara gratis. Kalau dulu ke Tarakan ia seorang diri, sekarang jika mengambil cuti ia berlima dengan fasilitas terbang 4 kali setahun sekeluarga.
Tahun 1975 ia dan suami dapat memenuhi panggilan Nabi Ibrahim, menunaikan Ibadah Haji di Tanah Suci. Pada kesempatan cuti dan liburan anak-anak , ia dapat bepergian bersama-sama. Tidak lagi dengan pesawat berbaling-baling seperti DC-3, akan tetapi dengan berbagai tipe pesawat yang dimiliki Garuda, seperti pesawat berbadan lebar,Jumbo Jet. Anak-anak dapat pula melihat Amsterdam.
*pesawat Garuda Indonesia saat ini
Pada kesempatan lain dapat melihat kampung halaman,petualng terkenal Marcopollo, Italia. Italia adalah sebuah negara yang menarik dengan peninggalan kuno dari kurun Romawi dan merupakan tanah air seniman terkemuka dunia ,salah satunya diberi nama pada Bandar Udara Roma yaitu Leonardi da Vinci ,pelukis Monalisa.
*Bandara Roma saat ini
lain pula pengalamnnya ke negara Kangguru, atau sekarang lebih banyak disebut sebagai negeri “Retun To Eden”. Garuda sudah sejak lama terbang ke Asutralia dan singah di berbagai kota di Benua tersebut .Kalau Monas diidentikan sabagai lambang kota Jakarta,maka Sydney mempunyai Jembatan dan Gedung Opera sebagi lambang kota , kedua lambang tersebut nampak jelas pada bagian pembukaan setiap serial film TV “ Return to Eden” .
*Jembatan dan Gedung Opera lambang Kota Sydney
Pada tahun 1972, suaminya pindah kerja di P.T. Krakatau Steel di Cilegon, se-hingga mereka sekeluarga pindah ke lokasi tersebut. tetapi sayang kantor Garuda tidak ada disana. Karena sayang untuk berhenti kerja, ia dan anak-anak terpaksa tetap tinggal di Jakarta dan suami seorang diri di Cilegon. Inilah perpisahan pertama mereka sejak bekeluarga yang terasa cukup berat.
Mujur tak selamanya dapat diraih, tiba-tiba suaminya tahun 1985 harus dirawat di Rumah Sakit Pelni Jakarta. Keluhannya adalah pada telingga dan muka sebelah kiri terasa baal.Suatu operasi harus dilakukan pada bagian Neurologi di RSCM Jakarta,
Beberapa minggu setelah operasi, suaminya diperkenankan berobat jalan. Keadaan seperti itu tidak berlangsung lama, ujian demi ujian silih berganti.Kami kembali ke RS berganti-ganti mendampingi suaminya selama empat bulan, kemudian suami dibawa pulang kerumah sebab tak ada daya medis lagi untuk menolongnya..
Seluruh keluarga besar ,dan teman-teman dari Garuda maupun Krakatau Steel serta Dharma Wanita, memberikan bantuan yang tiada terhingga kepada suami maupun dalam membesar hatinya.
Bulan september 1985, Allah telah memangil hambahnya yang sangat ia sayangi. Jembatan serta air mata yang mengalir dibawaNYA, adalah ibarat kehidupan dengan suka-duka bagi yang melaluinya. mengalir menuju lautan lepas.Ia bercerita dengan genangan air mata , dan selanjutnya ia mengakhiri kisah ini dengan informasi bahwa, ia terus meneruskan karier di Garuda sampai pensiun dan seluruh anak-anak sudah dewasa , tamat sekolah dan sudah bekerja.
Demikianlah Kisah sang mantan Pramugari Garuda kepada penulis , semoga pembaca dapat mengetahui suka duka bekerja di perusahan Garuda Indonesia, sangking trenyuh sampai penulis lupa menanyakan nama dan umur sang Pramugari tersebut . Oleh karena itu bila ada yang memiliki kisah hidup yang mirip , mohon dimaafkan.
Profile Pramugari dan Pesawat Garuda yang ditampilkan dalam tulisan ini bukan dari mantan Pramugari yang saya tulis kisahnya , tetapi profile Pramugari Garuda Indonesia saat ini yang diperoleh dari ekplorasi Google.hal sama juga dengan illustrasi lain.
Sekian@hakcipta Dr iwan suwandy 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar