*Kisah Nyata : Pramugari Koma di Tanah Suci *
Bismillahir-Rahmaani r-Rahim..Kisah ini dikutip dari sebuah catatan
facebook, sengaja menulis kembali cerita ini dengan maksud ingin
menyebarkan kisah kebesaran Allah yang maha dahsyat ! Mudah-mudahan kita
menjadi umat yang diselamatkan Allah. Aamiin.
Selama hampir sembilan tahun menetap di Mekah sambil menguruskan jemaah
haji dan umrah, saya telah melalui berbagai pengalaman menarik dan yang
pahit. Bagaimana pun, dalam banyaknya peristiwa yang saya alami, ada
satu kejadian yang tidak akan pernah saya bisa lupakan. Kisah ini
terjadi kepada seorang wanita yang berusia di pertengahan 30-an pada
saat saya mengurus satu rombongan haji.
Setibanya wanita tersebut dan rombongan haji di Lapangan Terbang Jeddah
kami sambut dengan sebuah bus. Semuanya terlihat riang sebab ini adalah
pertama kalinya mereka melaksanakan haji. Setelah itu saya membawa
mereka menaiki bas dan dari situ, kami menuju ke Madinah.
Alhamdulillah, segalanya berjalan lancar hingga kami sampai di Madinah.
Tiba di Madinah, semua orang turun dari bus. Turunlah mereka satu
persatu sampai tiba pada giliran wanita tersebut. Tanpa sebab yang jelas
tiba-tiba wanita itu jatuh tidak sadarkan diri, yang secara langsung
setelah menginjak bumi Madinah.
Sebagai orang yang dipertanggungjawabkan mengurus jemaah itu, saya pun
bergegas menuju ke arah wanita tersebut. “Jemaah ini sakit” kata saya
pada jemaah-jemaah yang lain.
Suasana yang tadinya tenang serta merta bertukar menjadi cemas dan semua jemaah terlihat panik atas kejadian ini.
Suasana yang tadinya tenang serta merta bertukar menjadi cemas dan semua jemaah terlihat panik atas kejadian ini.
“Badan dia panas dan menggigil. Jemaah ini tak sadarkan diri, cepat tolong saya…kita bawa dia ke rumah sakit” kata saya. Tanpa membuang waktu, kami mengangkat wanita tersebut dan membawanya ke rumah sakit Madinah yang terletak tidak jauh dari situ. Sementara itu, jemaah yang lain diantar ke tempat penginapan masing-masing. Sampai di rumah sakit Madinah, wanita itu masih belum sadarkan diri. Berbagai usaha dilakukan oleh dokter untuk memulihkannya, namun semuanya gagal.
Sementara itu, tugas mengurus jemaah perlu saya teruskan. Saya terpaksa
meninggalkan wanita tersebut di rumah sakit. Namun dalam kesibukan
menguruskan jemaah, saya menghubungi rumah sakit Madinah untuk
mengetahui perkembangan wanita tersebut. Namun, saya diberi kabar bahwa
dia masih tidak sadarkan diri. Selepas dua hari, wanita itu masih juga
tidak sedarkan diri. Saya makin cemas, maklumlah, itu adalah pengalaman
pertama saya berhadapan dengan situasi seperti itu.
Semua usaha untuk memulihkannya gagal, maka wanita itu dibawa ke rumah
sakit Abdul Aziz Jeddah untuk mendapatkan perawatan lanjut sebab rumah
sakit di Jeddah lebih lengkap kemudahannya dibandingkan rumah sakit
Madinah. Namun usaha untuk memulihkannya masih tidak berhasil. Jadwal
Haji harus diteruskan. Kami berangkat ke Mekah untuk mengerjakan ibadah
haji. Selesai haji, saya langsung pergi ke Jeddah. Malangnya, sampai
rumah sakit Abdul Aziz, saya diberitahu oleh dokter bahawa wanita
tersebut masih koma. Bagaimanapun, kata doktor, keadaannya stabil.
Melihat keadaannya itu, saya ambil keputusan untuk menunggunya di rumah
sakit.
Setelah dua hari menunggu, akhirnya wanita itu membuka matanya. Dari
sudut matanya yang terbuka sedikit itu, dia memandang ke arah saya dan
terus memeluk saya dengan erat sambil menangis terisak-isak. Ketika itu
saya sangat bingung, Saya bertanya kepada wanita tersebut,
“Kenapa kamu menangis?”
“Ustazah….saya taubat Ustazah. Saya menyesal, saya takkan berbuat lagi
hal-hal yang tidak baik. Saya bertaubat, betul-betul bertaubat.”
“Kenapa kamu tiba-tiba ingin bertaubat?” tanya saya masih dalam keadaan
bingung. Wanita itu terus menangis terisak-isak tanpa menjawab
pertanyaan saya itu. Tidak lama kemudian dia bersuara, menceritakan
kepada saya mengapa dia berkelakuan demikian, cerita yang bagi saya
perlu diambil hikmahnya oleh kita semua.
Katanya, “Ustazah, saya ini sudah berumah tangga, menikah dengan lelaki orang kulit putih. Tapi saya salah. Saya ini cuma Islam pada nama dan keturunan saja. Saya tak pernah mengerjakan ibadah. Saya tidak sholat, tidak puasa, semua amalan ibadah saya dan suami tidak pernah saya kerjakan, rumah saya penuh dengan botol minuman.
Katanya, “Ustazah, saya ini sudah berumah tangga, menikah dengan lelaki orang kulit putih. Tapi saya salah. Saya ini cuma Islam pada nama dan keturunan saja. Saya tak pernah mengerjakan ibadah. Saya tidak sholat, tidak puasa, semua amalan ibadah saya dan suami tidak pernah saya kerjakan, rumah saya penuh dengan botol minuman.
Dengan suara tersekat-sekat, wanita itu menceritakan, “Ustazah…Allah itu
Maha Besar, Maha Agung, Maha Kaya. Semasa koma , saya telah diazab
dengan siksaan yang benar-benar pedih atas segala kesalahan yang telah
saya buat selama ini.
“Betulkah?” tanya saya terkejut. “Betul Ustazah. Selama koma itu saya
telah ditunjukkan oleh Allah tentang balasan yang Allah beri kepada
saya. Balasan azab Ustazah, bukan balasan syurga.
Saya rasa seperti diazab di neraka. Saya ini seumur hidup tak pernah pakai jilbab. Sebagai balasan, rambut saya ditarik dengan bara api. Sakitnya tidak bisa saya ceritakan dengan kata-kata.
Saya rasa seperti diazab di neraka. Saya ini seumur hidup tak pernah pakai jilbab. Sebagai balasan, rambut saya ditarik dengan bara api. Sakitnya tidak bisa saya ceritakan dengan kata-kata.
Menjerit-jerit saya minta ampun minta maaf kepada Allah.” “Bukan itu
saja, buah dada saya pun diikat dan dijepit dengan penjepit yang dibuat
daripada bara api, kemudian ditarik ke sana-sini…putus, jatuh ke dalam
api neraka.
Buah dada saya hancur terbakar, panasnya bukan main. Saya menjerit,
menangis kesakitan. Saya masukkan tangan ke dalam api itu dan saya ambil
buah dada itu kembali .”
Tanpa mempedulikan pasien lain, suster pun memerhatikannya wanita itu
terus bercerita. Menurutnya lagi, setiap hari dia disiksa, tanpa henti,
24 jam sehari. Dia tidak diberi waktu untuk beristirahat atau dilepaskan
dari hukuman, sepanjang masa koma itu di laluinya dengan azab yang amat
pedih.
Dengan suara terbata-bata, dengan berlinangan air mata, wanita itu
meneruskan ceritanya, “Hari ke hari saya disiksa. Bila rambut saya
ditarik dengan bara api, sakitnya terasa seperti kulit kepala yang ikut
terlepas. Panasnya juga menyebabkan otak saya terasa seperti
menggelegak.
Azab itu pedih…pedih yang amat sangat…tidak bisa saya ungkapkan. Sambil
bercerita, wanita itu terus meraung, menangis terisak-isak. Terlihat dia
betul-betul menyesal atas semua kesalahannya. Saya pun termenung, kaget
dan menggigil mendengar ceritanya. Sangat pedih balasan Allah kepada
umatnya yang ingkar.
“Ustazah… buat saya, Islam hanya nama saja, tapi saya minum alkohol,
saya main judi dan segala macam dosa besar. Karena saya suka makan dan
minum apa yang diharamkan Allah, semasa tidak sadarkan diri itu saya
telah diberi makan buah-buahan yang berduri tajam.
Buah yang tak berisi melainkan hanya duri-duri saja, tapi saya sangat ingin memakannya, karena saya benar-benar merasa lapar.
“Bila ditelan buah-buah itu, duri-durinya menusuk kerongkongan saya dan bila sampai ke perut terasa menusuk perut saya. Sedangkan jari yang tertusuk jarum pun terasa sakitnya.
“Bila ditelan buah-buah itu, duri-durinya menusuk kerongkongan saya dan bila sampai ke perut terasa menusuk perut saya. Sedangkan jari yang tertusuk jarum pun terasa sakitnya.
Setelah buah-buah duri itu habis, saya diberi makan berupa bara-bara
api. Pada saat saya masukkan bara api itu ke dalam mulut, seluruh badan
saya rasanya seperti terbakar hangus. Panasnya cuma Allah saja yang
tahu. Api yang ada di dunia ini tidak akan sama dengan kepanasannya.
Setelah memakan bara api itu, saya meminta minuman, tapi…saya
dihidangkan dengan minuman yang dibuat dari nanah. Baunya cukup busuk,
saya terpaksa meminumnya sebab saya sangat merasa haus. Semua terpaksa
saya lalui, tak pernah saya alami sepanjang hidup di dunia ini.”
Saya terus mendengar cerita wanita itu dengan tekun. Sangat terasa
kebesaran Allah. “Semasa diazab itu, saya merayu memohon kepada Allah
supaya diberikan nyawa sekali lagi, berilah saya peluang untuk hidup
sekali lagi. Tak berhenti saya memohon. Saya berjanji tidak akan
mengulangi kesalahan saya. Saya berjanji tidak akan ingkar atas perintah
Allah dan akan jadi umat yg soleh. Saya berjanji kalau saya dihidupkan
kembali, saya akan perbaiki segala kekurangan dan kesalahan saya dahulu,
saya akan mengaji, akan sholat, akan puasa yang selama ini saya
tinggalkan.”
Saya termenung mendengar cerita wanita itu. Benarlah, Allah itu Maha
Agung dan Maha Berkuasa. Kita manusia ini tak akan terlepas dari
balasanNya. Kalau baik amalan kita maka baiklah balasan yang akan kita
terima, kalau buruk amalan kita, maka azablah kita di akhirat kelak.
Alhamdulillah, wanita itu telah menyaksikan sendiri kebenaran Allah.
“Ini bukan mimpi ustazah. Kalau mimpi azabnya tidak akan terasa sampai
sepedih ini. Saya bertaubat Ustazah, saya tak akan ulangi lagi kesalahan
saya. Saya bertaubat… saya taubat Nasuha,” katanya sambil
menangis-nangis. Sejak itu wanita tersebut benar-benar berubah. Bila
saya membawanya ke Mekah, dia menjadi jemaah yang paling khusuk.
Amal ibadahnya tak pernah berhenti. Contohnya, kalau wanita itu pergi ke
masjid pada waktu maghrib, dia hanya akan balik kehotelnya selepas
sholat subuh. “Kenapa melakukan ibadah sampai tidak ingat waktu. kamu
juga harus menjaga kesehatan. Pulanglah setelah sholat Isya, makan nasi
atau istirahatlah sejenak…” tegur saya.
“Tidak apa-apa Ustazah. saya membawa buah kurma. saya memakannya disaat
saya merasa lapar.” Menurut wanita itu, sepanjang berada di dalam
Masjidil Haram, dia ingin membayar sholat yang ditinggalkannya dahulu.
Selain itu dia berdoa, mohon kepada Allah supaya mengampunkan dosanya.
Saya kasihan melihatkan keadaan wanita itu, takut karena ibadah dan
tekanan perasaan yang keterlaluan dia akan jatuh sakit. Jadi saya
menasihatkan supaya tidak beribadah keterlaluan hingga mengabaikan
kesehatannya.
“Tidak boleh Ustazah. Saya takut…saya sudah merasakan pedihnya azab
Tuhan. Ustazah tidak merasa, Ustazah tidak mengetahui rasanya. Kalau
Ustaz sudah merasakan azab itu, Ustazah juga akan menjadi seperti saya.
Saya betul- betul bertaubat.”
Wanita itu juga berpesan kepada saya, katanya, “Ustazah, kalau ada
perempuan Islam yang tak pakai jilbab, Ustazah ingatkanlah pada mereka,
pakailah jilbab. Cukuplah saya saja yang merasakan siksaan itu, saya
tidak mau ada wanita lain yang merasakan hal seperti yang saya sudah
rasakan. Semasa diazab, saya melihat larangan-larangan Allah, salah
satunya adalah setiap sehelai rambut wanita Islam yang sengaja
diperlihatkan kepada lelaki yang bukan mahromnya, maka dia diberikan
satu dosa. Kalau ada 10 lelaki yang bukan mahrom melihat sehelai rambut
saya ini, maka saya mendapatkan 10 dosa.”
“Tapi Ustazah, rambut saya ini banyak jumlahnya, beribu-ribu. Kalau
seorang melihat rambut saya, itu berarti beribu-ribu dosa yang saya
dapat. “Saya berniat, sepulang saya dari haji ini, saya minta tolong
dari ustazah supaya mau mengajarkan suami saya sholat, puasa, mengaji,
dan mengerjakan semua ibadah. Saya ingin mengajak suami pergi haji.
Seperti saya, suami saya itu Islam pada nama saja. Tapi itu semua adalah
kesalahan saya. Saya sudah membawa dia masuk Islam, tapi saya tidak
membimbing dia. Bukan itu saja, sayalah yang menjadi seperti orang yang
bukan Islam.”
Sejak kembali dari haji itu, saya tidak mendegar cerita tentang wanita
tersebut. Bagaimana pun, saya percaya dia sudah menjadi wanita yang
benar-benar solehah. Adakah dia berbohong kepada saya tentang ceritanya
diazab semasa koma? Tidak. Saya percaya dia berkata benar. Jika dia
berbohong, kenapa dia berubah dan bertaubat Nasuha? Satu lagi, cobalah
bandingkan azab yang diterimanya itu dengan azab yang digambarkan oleh
Allah dan Nabi dalam Al-Quran dan hadish. Adakah ia berbohong ?
Benar, apa yang terjadi itu memang kita tidak dapat membuktikannya
secara saintifik, tapi bukankah soal dosa dan pahala, syurga dan neraka
itu perkara ghaib?
Janganlah bila kita sudah meninggal dunia, bila kita sudah diazab barulah kita mau percaya bahwa “Oh… memang betul apa yang Allah dan Rasul katakan. Aku menyesal…” Itu sudah terlambat. Raihlah 5 peluang sebelum datang 5 rintangan, Kaya sebelum miskin, Senang sebelum susah, Sehat sebelum sakit, Muda sebelum tua dan waktu Hidup sebelum mati
Walahualam Bisawab, Semoga kisah ini membawa kita menjadi umat yang lebih mengerti bahwa dunia bukanlah tempat terakhir, masih ada akhirat, masih ada alam lain yang sudah menanti kita sebagai mana dituliskan dalam Al Qur’an. Semoga kita menjadi umat yang senantiasa beribadah kepada Allah.
Janganlah bila kita sudah meninggal dunia, bila kita sudah diazab barulah kita mau percaya bahwa “Oh… memang betul apa yang Allah dan Rasul katakan. Aku menyesal…” Itu sudah terlambat. Raihlah 5 peluang sebelum datang 5 rintangan, Kaya sebelum miskin, Senang sebelum susah, Sehat sebelum sakit, Muda sebelum tua dan waktu Hidup sebelum mati
Walahualam Bisawab, Semoga kisah ini membawa kita menjadi umat yang lebih mengerti bahwa dunia bukanlah tempat terakhir, masih ada akhirat, masih ada alam lain yang sudah menanti kita sebagai mana dituliskan dalam Al Qur’an. Semoga kita menjadi umat yang senantiasa beribadah kepada Allah.
~ o ~
Salam santun dan keep istiqomah …
— Jika terjadi kesalahan dan
kekurangan disana-sini dalam catatan ini … Itu hanyalah dari kami … dan
kepada Allah SWT., kami mohon ampunan … —-
Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya …
Read more: wisbenbae: Pramugari Koma di Tanah Suci
Tidak ada komentar:
Posting Komentar