Dwiki bersama kedua sahabatnya, April & Vita
Nama saya adalah Dwiki Darmawan,
teman-teman biasa memanggil saya Dwiki. Saya adalah seorang mahasiswa di
sebuah universitas ternama di Surabaya, ada yang bisa menebak? Yup,
saya kuliah di ITS. Setelah lima tahun kuliah, saya mulai tergugah untuk
memikirkan apa yang akan saya lakukan di masa depan.
Saya adalah tipe orang yang sangat senang
bersosialisasi, terlebih bila hal tersebut bisa mendatangkan banyak
teman. Itulah salah satu alasan saya ingin menjadi seorang pramugara.
Sebenarnya, mimpi saya menjadi pramugara bermula saat beberapa kerabat
dan teman saya mengeluhkan rusaknya sistem transportasi di Indonesia.
Namun, berhubung bidang ilmu yang saya pelajari di kampus tidak langsung
berhubungan dengan hal tersebut, saya tidak terlalu menaruh perhatian.
Sampai suatu ketika, saya ikut umrah
bersama keluarga saya. Kami memakai jasa maskapai Cathay Pacific untuk
sampai ke tanah suci. Pertama kali masuk ke dalam kabin pesawat, saya
merasa aneh. “Kenapa ada banyak sekali pramugaranya?” begitu pikir saya
waktu itu. Saya hanya terdiam saat memerhatikan para awak kabin lelaki
itu yang dengan sigap membantu menaikkan tas besar yang mungkin tidak
akan kuat diangkut oleh seorang penumpang wanita Hong Kong bertubuh
mungil. Wajah para pramugara itu sangat halus bak pualan, senyumnya
mengalahkan bintang iklan pasta gigi. Pokoknya perfecto!
Daya tarik mereka yang besar itu membuat
saya berpikir, “Inilah pekerjaan yang selama ini saya mau! Ayo,
bergabung!”. Namun, tak lama kemudian sebuah kesadaran timbul dan
membuat saya tersentak, terdiam. Saya kan tidak punya background
pendidikan yang sesuai untuk pekerjaan ini. Apa bisa cuma modal senyum
saja lalu diterima bekerja? Ini adalah jenis pekerjaan yang sepertinya
gampang kalau dilihat, tapi sulit sekali dilakukan. Sesampainya di tanah
suci pun saya memanjatkan doa. Saya memohon agar dibukakan pintu
kesuksesan agar saya bisa menjadi seorang pramugara. Mungkin terdengar
gila ya, tapi menurut saya itu panggilan jiwa.
Akhirnya saya mulai mencari tahu segala
sesuatu yang berhubungan dengan pramugara, mulai dari sosoknya hingga
tugas-tugasnya di dalam pesawat. Semakin banyak yang saya cari tahu,
semakin besar pula rasa penasaran saya akan profesi yang satu ini. Saya
pun menguatkan diri dan memutuskan bahwa saya harus menjadi seorang
pramugara.
Keinginan ini saya ceritakan kepada orang
tua saya. Ya, sudah bisa diduga reaksi mereka. It’s a BIG no! Mereka
bilang ini bukan bidang kamu, kamu pasti kalah kalau bersaing dengan
yang lain, dan banyak lagi alasan lainnya. Awalnya down banget begitu
mengetahui reaksi orang tua saya ini. Untunglah, saya punya dua orang
sahabat yang selalu setia menemani saya sampai mati (ehehehe, sebenarnya
nggak yakin sampai mati juga sih..)
Kedua orang sahabat saya itu, April dan
Vita, awalnya bingung saat melihat saya sibuk mencari-cari lowongan
pramugara. Mereka bertanya, “Memangnya kamu mau jadi pramugara?
Memangnya bisa ya? Tampangmu itu loh, pas-pasan..”
Wah, kurang aja juga nih mereka.
Hahahaha.. begitu pikir saya. Tapi saat melihat keseriusan di wajah
saya, mereka pun mendukung saya. Vita malah bercerita tentang salah satu
saudaranya yang bekerja di sebuah maskapai domestik terkenal. Cerita
ini membuat saya bersemangat, apalagi dia juga bilang, “Kamu kan suka
jalan-jalan. Kamu juga orangnya ramah, pasti sukses deh.” Kata-kata
inilah yang menguatkan mental saya sampai sekarang.
Dukungannya bukan hanya itu saja. Vita
juga mengajarkan saya untuk memoles wajah saya demi menutupi kekurangan
yang ada. Katanya, “Tuhan tidak menciptakan kesempurnaan, tapi
kesempurnaan itu bisa dibuat.” Akhirnya, berkat bimbingan Vita saya
mulai belajar memoles jerawat dan noda hitam di wajah saya dengan
sedikit sentuhan kosmetik. April pun melatih saya berbicara di depan
umum, supaya tidak grogi. Dia selalu memberikan saya berbagai motivasi
yang dinamis, walaupun ujung-ujungnya tetap menghina, hehehehe.. Tapi
itu semua dilakukannya demi melatih saya agar tahan banting. Bagi saya,
mereka adalah yang terbaik. The best lah! Tanpa mereka, bisa-bisa saya
keok duluan menghadapi orang lain, karena saingan saya pastilah
orang-orang yang luar biasa.
Dukungan yang mereka berikan kepada saya
baru-baru ini adalah untuk mencoba melamar ke salah satu maskapai asing.
Awalnya saya sempat ragu, karena maskapai itu bukanlah Cathay Pacific
seperti yang saya idamkan. Tapi kata mereka, kalau saya terus menunggu
lowongan maskapai internasional yang masih belum jelas kapan bukanya,
maka kesempatan yang lain tidak akan datang dua kali. Jadi mereka
menyarankan saya untuk mencobanya, hitung-hitung uji coba apa yang
selama ini sudah saya pelajari dan praktikkan dari mereka. Luar biasa
sekali dukungan yang mereka berikan kepada saya, mulai dari pemikiran
hingga segala hal yang perlu saya siapkan untuk keperluan interview,
mereka bantu.
Kepada kedua sahabat saya, April dan
Vita… Makasih banget ya buat dukungan kalian selama ini. Meskipun banyak
teman yang mencibir niat saya ini, tapi kalian tetap mendorong saya dan
berkata, “Kalau kamu mundur satu langkah dari cita-citamu, maka
semuanya akan hancur.” Saya berharap kalian sukses dan semoga diterima
bekerja sebagai engineer di perusahaan besar. Terima kasih
sahabat-sahabatku…
*) “April & Vita, My Biggest Supporters” oleh Dwiki Darmawan
Diedit oleh @dearmarintan
Diedit oleh @dearmarintan
Sumber : Forum Pramugari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar